Bisnis.com, JAKARTA — Penyaluran kredit berorientasi ekspor oleh bank-bank BUMN masih melanjutkan tren penurunan hingga kuartal I/2019 lalu.
Tiga bank yang berkontribusi yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk., PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk., dan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. mencatatkan kredit berorientasi ekspor senilai Rp31,43 triliun per kuartal I/2019. Nilai tersebut merosot dibandingkan dengan realisasi pada periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp39,05 triliun.
Padahal secara industri kredit ekspor per kuartal I/2019 naik sebesar 10,3% (year-on-year/yoy) menjadi Rp124,61 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp112,91.
Otoritas Jasa Keungan (OJK) mencatat pertumbuhan itu didorong oleh penyaluran Bank Umum Swasta Nasional (BUSN) Devisa yang mencatatkan pertumbuhan 126,5% yoy menjadi Rp32,4 triliun dari periode yang sama tahun lalu Rp14,3 triliun.
Direktur Corporate Banking PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Royke Tumilaar mengkonfirmasi hal tersebut. Menurutnya, perlambatan dari penyaluran kredit ekspor dikarenakan harga komoditi yang turun. Alhasil, kebutuhan dana eksportir relatif turun akibatnya kredit pasti juga turun.
"Namun, kami masih optimistis terhadap perkembangan ekspor Tanah Air. Proyeksikan pertumbuhan dari kredit ekspor kami 10% yoy," katanya, pekan lalu.
Per kuartal I/2019, Bank Mandiri mencatatkan penyaluran kredit valas untuk segmen korporasi dan komersial sebesar Rp116,93 triliun. Mayoritas kredit valas korporasi tersebut digunakan untuk sindikasi dan ekspor sebesar 34,2%, sedangkan investasi 38,8% dan modal kerja 27%.
Sebaliknya, BNI mengaku masih mencatatkan pertumbuhan kredit ekspor yang solid dengan pertumbuhan yang tercermin dari trade finance sebesar 18,5% yoy menjadi Rp334 miliar dari periode yang sama tahun lalu Rp282 miliar.
Direktur Tresuri dan Internasional BNI Rico Rizal Budidarmo pun optimistis masih menargetkan kenaikan kredit valas akan dicapai dua kali lebih besar dari perolehan tahun lalu. Hal tersebut dikarenakan perseroan memiliki nasabah kredit yang pasar ekspornya tidak terganggu oleh fluktuasi perdagangan Internasional.
"Penurunan kinerja ekspor Indonesia tidak terjadi di semua komoditas. Transaksi ekspor BNI justru meningkat 17,34%. Ada beberapa bidang komoditas yang mengalami peningkatan," ujarnya.
Adapun, beberapa komoditas yang tetap menunjukkan performa pada awal tahun ini antara lain minyak, gas dan mineral yang naik 15,59%, chemical naik 131,52 %, besi dan baja naik 375 %, dan sayuran dan 44,27%. Menurutnya, nasabah dan utilitas dari tujuh cabang yang tersebar di luar negeri akan mendukung tercapainya target di atas.
Perseroan dengan kode sandi BBNI pun tetap optimistis kinerja transaksi ekspor dan impor tahun ini masih memiliki prospek yang baik. Untuk itu, ada tiga strategi yang akan dilakukan perseroan. Pertama, melakukan pelatihan, pendampingan dan advisory kepada nasabah eksportir.
Kedua, mendorong Kantor Cabang Luar Negeri untuk membantu melakukan pembiayaan trade finance terhadap importir potensial di luar negeri yang melakukan sales contract dengan pengusaha eksportir asal Indonesia. Ketiga, memanfaatkan Kantor Cabang Luar Negeri untuk mencari dana murah di luar negeri sebagai sumber dana refinancing bagi nasabah eksportir yg memerlukan pembiayaan di Indonesia.