Bisnis.com, JAKARTA -- Destry Damayanti resmi dipilih sebagai Deputi Gubernur Senior (DGS) Bank Indonesia oleh Komisi XI DPR secara aklamasi. Bisnis.com berhasil mendapatkan kesempatan pertama untuk wewancarainya. Berikut petikannya:
Begitu banyak harapan disematkan kepada Anda, bagaimana Anda memberikan jawaban kepada pelaku bisnis dan pasar tentang apa saja yang akan dilakukan dalam rangka mencapai tujuan-tujuan Bank Indonesia?
Kalau saya lihat sebenarnya dari kebijakan yang dilakukan, BI belakangan ini sudah banyak merespons apa yang dibutuhkan oleh market. Walaupun pasti tidak total, paling tidak sudah ada yang merespons.
Misalnya, BI mengeluarkan instrumen-instrumen baru untuk di pasar valas, supply dollar terbatas, terus market kita kadang-kadang di drive oleh NDF dari Singapura.
BI akhirnya kan mengeluarkan produk kayak di NDF, itu kan sebenarnya salah satu terobosan juga dari BI. Innovation juga dari BI. Terus juga BI mengeluarkan interest rate swap. Pada saat bunga berfluktuasi BI mengeluarkan produk itu. Terus ada juga overnight index swap. Terus ada beberapa lah yang dikeluarkan oleh BI.
Terus juga dalam rangka lebih melonggarkan likuiditas, BI tidak hanya mengandalkan kebijakan moneter misalnya suku bunga tapi bisa juga main misalnya averaging dari GWM, jadi instead of dalam 1 hari dilihat harus berapa minimum pakai average-nya selama berapa lama. Jadi berapa persen dari GWM itu yang boleh dilakukan averaging. Ini memberikan keleluasaan buat bank.
Baca Juga
Lalu terakhir juga dengan kemarin menurunkan GWM, walaupun tidak menurunkan suku bunga tapi menurunkan GWM.
Menurut Anda, BI sudah responsif?
Paling tidak ada indikasi bahwa BI juga aware kondisi global juga sekarang cenderung bising. Kita lihat ekonomi Amerika slowdown, global juga slowdown. Amerika yang tadinya juga akan melakukan normalisasi dengan menaikkan suku bunga lagi karena ekspektasi ekonomi akan update, ternyata kan enggak. Bahkan sekarang The Fed pun arahnya mulai menurunkan suku bunga dan dari Eropa segala macam juga arahnya sama.
Nah ini kan tentunya harus direspons oleh BI untuk ke depannya dan saya lihat message-nya sudah clear bahwa policy itu arahnya sudah di track-nya.
Jadi Anda bakal men-support kebijakan yang sudah dilakukan sekarang? Kira-kira warna apa yang akan Anda berikan?
Mungkin begini, saya dari luar, saya lama di industri juga, lama di capital market, di bank juga cukup lama. Pengalaman di Citibank dan Bank mandiri juga cukup lama, jadi mungkin kalau dari saya, pertama saya akan lebih kombinasi lah ya. Jadi pandangan dari regulator dengan kebutuhannya di market gitu. Ya walaupun satu hal sih, saya sendiri agresif.
Maksudnya agresif?
Dengan teknologi sekarang jauh lebih terbuka, dulu zaman saya menjadi analis untuk dapat informasi BI itu tidak gampang. Untuk kontak pejabat pejabat BI Itu juga relatif susah. Maksudnya informasi itu relatif terbatas, tapi sekarang bahkan kita punya WA grup analis. Saya masih masuk karena walaupun di LPS tapi passion sayamasih di ekonom sehingga masih masuk grup pojok Thamrin. Jadi setiap ada kebijakan apa dikomunikasikan lewat situ. Kalau ada teman ekonom yang enggak ngerti, tanya langsung dan BI-nya respons.
Terus kita juga lihat BI kan mengeluarkan tiap bulan, setelah rapat, ada infografis yang cukup detail. Jadi saya rasa transparansi di BI itu bagus sekali dan itulah yang ditunggu oleh market.
Cuma mungkin instrumen yang dikeluarkan itu kan relatif baru jadi belum dalam lah ya. Jadi bagaimana instrumen yang ada sekarang itu lebih efektif. Jadi bukan hanya satu sisi. Sebenarnya BI kan sebagai agent development kan sebagai pemancing. Tapi ke depannya harus dari market.
Kedua yang saya ingin tahu, apa sih kebutuhan market? Makanya area strategis saya adalah pendalaman sektor keuangan. Itu memang PR yang harus dikembangkan oleh regulator. Tapi tidak cuma BI karena BI tidak bisa sendiri. Itu banyak, ada OJK, ada kementerian keuangan, karena yang namanya instrumen baru yang harus kita ciptakan supaya market-nya bisa deep itu kan banyak.
Kalau bank tentunya harus OJK yang memberi izin, terus nanti insentif perpajakan harus melalui Kementerian Keuangan. Jadi ini benar-benar sinergi lembaga itu harus jalan.
Yang lain lagi yang harus menjadi perhatian penuh adalah BI dan OJK, dalam hal ini adalah sistem pembayaran. Karena itu kan tantangannya luar biasa ke depan. Di satu sisi dengan kemajuan teknologi itu bisa meningkatkan financial inclusion ke bawah. Terus tentunya sistem pembayaran harus bisa diakses oleh masyarakat bawah.
Hanya masalah dan tantangannya dari sisi pembayaran sudah beralih dari tunai menjadi nontunai, pelakunya dari bank menjadi nonbank, nah ini bagaimana kebijakannya? Apa yang perlu dilakukan?
Apa yang akan Anda lakukan terkait dengan inovasi sistem pembayaran ini?
Makanya saya judulnya kan menjadi bank sentral yang adaptif dan inovatif. Adaptif itu memang harus menyesuaikan dengan perubahan yang terjadi, kan harus menyesuaikan dan juga harus berpikir inovatif. Cuma ya saya juga terus terang harus belajar banyak dalam hal ini. Seperti sistem pembayaran kan selama ini di LPS mana pernah berhubungan. Tetapi saya tahu ini tantangan kita belajar dari China.
Digital economy dan fintech kalau kita tidak punya punya regulasi yang tepat, itu bisa membahayakan perekonomian. Kayak di China kan shadow banking itu segala macam larinya ke sini semua.
Dalam hal ini sinergi antara BI, OJK, dan kementerian terkait, serta mitra strategisnya, companies, pelaku usaha harus duduk bersama dan menyadari bahwa oke, industri ini boleh berkembang tapi harus ada jiwa nasionalnya. Jadi jangan sampai industrinya berkembang tapi malah menggerogoti negara kita jadi merugikan negara kita.
Ini semua harus ditumbuhkan bahwa kita harus tumbuh bersama-sama dan tujuannya bagaimana masyarakat di bawah yang selama ini akses keuangannya terbatas bisa terbantu.
Jadi buat saya dengan kondisi seperti sekarang, teknologi begitu cepat, fintech begitu cepat? customer protection Itu menjadi penting. Itu menjadi rentan. Itu kalau sampai terganggu dampaknya bisa ke sosial dan politik dan segala macam.
Pemilihan Anda sebagai Deputi Gubernur Senior BI ini terbilang lancar secara aklamasi, apa sih resepnya?
Ha ha ha ha. Enggak, kalau saya sih jujur saya memang melihat ini posisi di BI itu memang pasti harus profesional. Nah, tapi BI itu sendiri pun juga harus bisa dekat dengan wakil rakyat. Karena proses segala macam semua melalui DPR biar bagaimana pun misalnya pada saat saya mau pemilihan ini, dari sisi saya sebagai profesional saya benar-benar menyiapkan.
Jadi saya benar menyiapkan bahan. Saya ngobrol dengan teman-teman dari BI, OJK, LPS. Kita ngobrol duduk bareng, topik apa mau dibawa dan saya ngobrol sama industri, isu apa saja sih ini yang menjadi concern kawan-kawan di market?
Jadi itu yang membantu Anda pada saat fit and proper di Komisi XI DPR?
Iya, dari sisi profesional saya persiapkan materi dan paparan harus saya kuasai. Makanya saya banyak nanya di market dengan teman di BI dan OJK. Makanya saat fit and proper, ini yang akan saya tawarkan nanti.
Nah nanti dari sisi karena kita harus bagian dari lembaga pemerintah, saya harus sosialisasi ke teman-teman di DPR bahwa ini lho yang akan saya lakukan nanti.
Jadi mereka juga paham karena tidak mungkin mereka ketemu cuma 1 hari saat fit and proper dan aware. Tidak, maka saya usahakan ada waktu kita ketemu ngobrol ini yang akan saya lakukan. Bahkan mereka juga bisa memberi masukan. Bu, concern di sini Bu. Ya sudah. Jadi ada interaksi balancing itu tadi. Itulah kunci ke depan. Tapi tetap, kita profesional dan tetap balance apa yang dibutuhkan rakyat dan diwakili DPR.
Jadi modalnya hanya profesionalitas dan mempersiapkan fit and proper ini dengan sedemikian rupa?
Iya benar. Saya tunjukkan ini lho saya profesional. Saya juga merasa punya tanggung jawab apalagi calon tunggal itu tak gampang. Beban moralnya tinggi sekali. Jadi benar-benar harus optimal. Kuncinya kalau saya sih tidak gengsi nanya sama orang. Meski orang yang junior dari saya, misalnya mungkin ada hal yang saya enggak tahu.
Termasuk saran DPR juga?
Iya DPR bilang mereka concern dengan fintech. Orang sepertinya terkesima dengan fintech tapi bagaimana itu bu? Kita lihat korbannya juga banyak. Apa yang harus diantisipasi. Itu memang bukan ranah BI sendiri ada OJK juga. Tapi kan tetap itu satuan stabilisasi keuangan itu jadi concern kita semua kan? Jadi dalam hal ini saya menekankan koordinasi menjadi sangat penting.
Pewawancara: Hery Trianto