Bisnis.com, JAKARTA – Kinerja bank asing di Indonesia pada paruh pertama tahun ini tercatat cukup moncer, tampak dari kenaikan laba bersih.
Mengutip data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang disusun Otoritas Jasa Keuangan (OJK), laba bersih yang dibukukan bank asing mencapai Rp5,14 triliun per Mei 2019, tumbuh 73,5 persen secara year-on-year (yoy) dari posisi Rp2,96 triliun pada Mei 2018.
Empat dari delapan bank asing yang telah mempublikasikan laporan keuangan akhir Juni 2019, menunjukkan kenaikan laba bersih yang signifikan. Keempatnya yakni Citibank N.A., Indonesia, Standard Chartered Bank Indonesia, Bank of China (Hong Kong) Limited-Cabang Jakarta, dan Bank of America, N.A., Cabang Jakarta.
Chief Executive Officer (CEO) Citibank Indonesia Batara Sianturi mengatakan dalam 6 bulan pertama 2019, Citibank Indonesia mencatatkan perolehan laba bersih sebesar Rp1,6 triliun, melonjak 97 persen dari periode yang sama tahun lalu.
“Driver dari pertumbuhan laba bersih itu esensinya ada tiga, yakni peningkatan pendapatan perdagangan bersih atau Net Trading Income (NTI), pendapatan bunga bersih, serta karena turunnya beban Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) kredit,” terangnya dalam jumpa pers di Jakarta, Rabu (7/8/2019).
NTI perseroan naik Rp542 miliar sedangkan pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) tumbuh sekitar 8 persen secara tahunan. Adapun CKPN turun Rp119 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan dana yang dicadangkan pada tahun lalu.
Baca Juga
Pertumbuhan laba bersih yang signifikan tersebut berkontribusi mengerek Return on Equity (ROE) menjadi 20,14 persen dari 10,31 persen pada semester I/2018 serta kenaikan Return on Asset (ROA) dari 2,88 persen menjadi 4,97 persen.
Sementara itu, laba bersih Standard Chartered Bank Indonesia meroket 82 persen yoy menjadi Rp459 miliar pada semester I/2019, dari realisasi periode yang sama tahun sebelumnya yang senilai Rp252 miliar.
CEO Standard Chartered Bank Indonesia Rono Donosepoetro menyebutkan kenaikan laba itu didukung pertumbuhan bisnis di berbagai lini usaha serta efisiensi biaya. Momentum pertumbuhan pada paruh pertama 2019 disebut ditandai oleh kinerja kredit dan Dana Pihak Ketiga (DPK), yang masing-masing naik 6 persen yoy.
Pertumbuhan kredit terutama dibukukan di sektor manufaktur dan konstruksi, yang merupakan industri-industri penting penggerak ekonomi Indonesia. Adapun efisiensi biaya ditunjukan dengan membaiknya rasio biaya dari 67,8 persen pada paruh pertama 2018, menjadi 54,5 persen.
Selanjutnya, Standard Chartered juga mempertegas komitmen untuk mendorong perdagangan di Indonesia dengan menyediakan fasilitas perbankan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) serta perusahaan-perusahaan Indonesia berbasis ekspor, sebesar 25 persen dari portofolio total.
“Pertumbuhan laba bersih ini seiring dengan upaya berkelanjutan untuk mentransformasi Standard Chartered Bank Indonesia. Memasuki paruh kedua tahun ini, kami akan terus waspada mengingat adanya ketegangan hubungan AS dengan mitra-mitra utamanya, sembari mencermati kebijakan moneter dari bank-bank sentral utama dunia serta fluktuasi harga minyak,” papar Dono dalam keterangan resmi.
Di lain pihak, Bank of China (Hong Kong) Limited-Cabang Jakarta juga mampu mencetak kenaikan laba dua digit, kendati tidak setinggi dua bank sebelumnya.
Dalam laporan keuangannya, Bank of China Cabang Jakarta melaporkan total laba bersih sebesar Rp456,79 miliar per Juni 2019, tumbuh 49,6 persen yoy dari sebelumnya Rp305,18 miliar. Salah satu faktor pendorongnya yakni kenaikan NII sebesar 51,3 persen secara tahunan menjadi Rp576,05 miliar.
Kenaikan laba tersebut membuat ROE Bank meningkat dari 11,69 persen menjadi 14,9 persen dan ROA naik dari 2,77 persen menjadi 3,46 persen.
Adapun bank asing yang membukukan pertumbuhan laba paling moncer sejauh ini adalah Bank of America, N.A., Cabang Jakarta. Per Juni 2019, laba bank ini mencapai Rp112,9 miliar, melonjak 227,6 persen yoy.
Selain ditopang oleh NII yang naik dari Rp110,6 miliar menjadi Rp208,2 miliar, capaian ini turut didorong oleh pendapatan nonbunga yakni keuntungan transaksi spot dan derivatif yang tumbuh menjadi Rp3,33 triliun dari sebelumnya Rp2,74 triliun.
Meski demikian, kredit dan pembiayaan yang diberikan Bank of America di Indonesia masih belum sebesar bank lainnya di kategori yang sama, yakni senilai Rp6,1 triliun per Juni 2019. Selain itu, efisiensi bank masih belum mengalami perbaikan signifikan dalam setahun terakhir, yang tampak dari rasio BOPO di level 96,74 persen.