Bisnis.com, JAKARTA – Pasar saham adalah salah satu tempat berinvestasi yang legal dan berpotensi menghasilkna cuan tinggi. Warren Edward Buffett adalah salah satu contoh orang yang suskses di saham paling populer di dunia dan banyak dijadikan panutan.
Buffett pernah jadi orang terkaya ketiga di dunia pada 2015 versi majalah Forbes. Pada 2012, ia didapuk oleh majalah Time sebagai salah satu orang paling berpengaruh di dunia. Tahun ini kekayaannya diperkirakan mencapai US$81,7 miliar.
Di Indonesia juga ada nama Lo Kheng Hong yang sukses berinvestasi di pasar saham. Pria kelahiran 20 Februari 1959 itu adalah Warren Buffett-nya Indonesia. Menurutnya, menjadi seorang investor saham itu bisa membuat kaya, sekalipun ditinggal tidur. Menurut sejumlah sumber, pada 2012 saja ia memiliki aset berupa saham bernilai Rp2,5 triliun.
Namun, menjadi investor saham, maupun trader saham, tidaklah semudah yang dikatakan. Memang pada praktiknya hanyalah membeli, menunggu harga naik, kemudian menjual saham yang dipegang. Namun, tanpa pengetahuan dan jam terbang yang cukup, sulit bagi seseorang untuk menghasilkan cuan yang konsisten dari saham.
Penyebabnya bisa karena tidak tahu saham apa yang mesti dibeli, kapan harus masuk (beli), dan kapan saatnya menjual. Bukannya cuan, malah kerugian yang didapat. Karena itu, penting bagi mereka yang ingin terjun ke dunia saham untuk mengasah kemampuan.
Termasuk dalam jenis investasi yang bersifat ‘high risk, high return,’ bukan berarti saham sebagai hal yang rumit. Namun, jika Anda pemula, janganlah langsung mempertaruhkan dana besar di pasar saham.
Baca Juga
Beberapa langkah berikut ini bisa menjadi strategi investasi saham untuk pemula.
Investasikan Waktu Sebelum Uang
Sebelum benar-benar terjun ke saham, Anda bisa alokasikan waktu mempelajari dasar-dasar investasi saham. Pahami istilah-istilah yang sering digunakan agar tidak bingung dan malah membuat pusing kepala.
Latihan juga bagian dari belajar. Asah kemampuan dengan memakai akun trading yang disediakan untuk simulasi perdagangan di pasar saham, contonya RTI atau Stockbit. Walaupun perlu disadari bahwa menggunakan akun simulasi seringkali sangat berbeda hasilnya, karena masalah emosi. Saat memakai akun riil, bisa jadi Anda akan kurang tega melakukan cut loss untuk menghindari risiko lebih besar.
Bergabunglah ke komunitas atau grup media sosial yang khusus membahas saham. Biasanya di forum seperti itu ada orang-orang yang sudah cukup ahli dan bisa menjadi tempat bertanya. Beberapa forum juga memberikan rekomendasi. Untuk rekomendasi saham, bisa juga didapat dari pihak sekuritas tempat anda mendaftarkan akun trading, atau membaca ulasannya di website berita ekonomi dan bisnis.
Banyak buku yang ditulis para expert saham Indonesia seperti Ellen May, Ryan Filber Wijaya, Raymond Budiman, dan sebagainya. Jika Anda tak mau keluar dana, dan tidak begitu suka membaca, simaklah berbagai ulasan saham di Youtube.
Mulailah Dari Jumlah Kecil
Ingat, walaupun Anda punya dana besar, jika salah kelola di dunia saham maka bisa rugi besar. Semakin besar dana dipertaruhkan, maka semakin tinggi pula risikonya. Kehilangan 5 persen dari Rp10 juta dengan 5 persen dari Rp100 juta tentu berbeda sekali rasanya.
Oleh karena itu, sebagai pemula sebaiknya mulai dengan dana kecil, bisa Rp10 juta – Rp30 juta. Bahkan banyak yang memulai investasi saham dengan nominal ratusan ribu. Anda bisa melakukan top up setiap bulan dengan menyisihkan gaji, misalnya Rp500.000 per bulan.
Jika Anda benar-benar mau memulainya dari Angka kecil, bisa memilih perusahaan sekuritas yang menyediakan akun dengan minimal deposit awal Rp100.000. Namun, biasanya kutipan fee per transaksinya sedikit lebih tinggi dari akun yang depositnya besar, misalnya akun dengan dana minimal Rp1 miliar. Tak usah terlalu khawatir dengan fee jika Anda bukan trader yang jumlah jual-belinya sangat rutin. Fee hanya dikenakan saat Anda transaksi beli dan jual.
Amati Situasi Ekonomi dan Politik
Memegang saham berarti Anda memiliki perusahaan. Artinya, perusahaan Anda hidup dalam dunia nyata yang amat rentan dengan perubahan, terutama bidang ekonomi. Hal itu akan berpengaruh terhadap harga sahamnya.
Harga saham juga soal persepsi investor. Artinya, walaupun tidak berpengaruh langsung, kondisi politik seringkali mempengaruhi pergerakan harga saham. Rumor-rumor yang beredar juga bisa menjadi pemantik.
Peka terhadap situasi ekonomi dan politik ini penting untuk mengambil keputusan, karenanya rajin-rajinlah menyimak berita bisnis, ekonomi, dan politik. Berita politik bisa jadi berkaitan dengan kebijakan pemerintah dan seringkali berpengaruh langsung terhadap masa depan perusahaan yang sahamnya Anda pegang.
Pahami Perusahaan dan Industrinya
Investor kawakan Lo Kheng Hong adalah contoh bagaimana ia memahami perusahaan yang dibeli lewat pasar saham. Bisnis.com pernah memuat cerita bagaimana ia meminati saham-saham Grup Indika, yakni PT Indika Energy Tbk. (INDY), PT Mitrabahtera Segara Sejati Tbk. (MBSS), dan PT Petrosea Tbk. (PTRO), dan memperoleh cuan miliaran.
Ia tercatat memiliki 13,66 persen saham PTRO dan berhak atas dividen senilai US$1,19 juta dari tahun buku 2018. Artinya, Lo Kheng Hong berhak atas dividen senilai Rp16,75 miliar dari satu perusahaan saja, belum jika menghitung cuan dari harga saham yang seringkali lebih besar dari nilai dividen.
Lo Kheng Hong berani menaruh dana besar di perusahaan-perusahaan itu karena ia paham betul dengan bisnis yang dijalankan. Sebagai investor pemula, Anda juga bisa mulai dari perusahaan yang dipahami kinerjanya. Pahami juga industrinya, apakah sedang naik atau lagi surut.
Walaupun dana yang diinvestasikan termasuk receh jika dibandingkan dengan Lo Kheng Hong, investor pemula tetap harus punya 'pegangan' serupa dalam memahami perusahaan yang akan dibeli.
Pilih Saham Big Caps
Big caps adalah istilah untuk saham-saham dengan nilai kapitalisasi pasar yang besar sehingga tidak mudah ‘digoreng’ atau dimanipulasi oleh investor dengan modal besar. Istilah lainnya adalah saham lapis satu atau blue chips. Kapitalisasi saham-saham ini bisa mencapai angka Rp40 triliun.
Berikut adalah saham-saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp100 triliun berdasarkan harga saham per 27 September 2019.
Saham-saham dengan kapitalisasi pasar di atas Rp100 triliun | |||
---|---|---|---|
No | Emiten | Market Cap | Harga saham 27/9/2019 |
1 | BBCA | 740.8 T | 30,350 |
2 | BBRI | 510.4 T | 4,180 |
3 | TLKM | 427.0 T | 4,310 |
4 | UNVR | 358.6 T | 47,000 |
5 | BMRI | 322.2 T | 6,975 |
6 | ASII | 269.2 T | 6,650 |
7 | HMSP | 267.5 T | 2,300 |
8 | TPIA | 146.7 T | 8,225 |
9 | ICBP | 139.4 T | 11,950 |
10 | BBNI | 137.1 T | 7,425 |
11 | GGRM | 101.0 T | 52,500 |
Saham dengan PER Rendah
Price to Earning Ratio atau rasio PE (PER) alat penghitungan harga saham suatu perusahaan dibandingkan dengan keuntungan tahunan perusahaan. Saham-saham dengan nilai Rasio PE rendah lebih menarik karena laba per saham yang relatif tinggi dibandingkan dengan harga sahamnya.
Tingkat rasio ini menunjukkan tingkat kepercayaan yang dimiliki investor terhadap kinerja perusahaan di masa depan. Semakin tinggi rasio P/E, semakin besar kepercayaan investor.
Rasio P/E = Harga pasar per saham : Penghasilan per saham.
Sebenarnya tidak ada ketentuan seberapa besar atau kecil batas nilai PE yang harus Anda pilih, karena harus dibandingkan dengan PE dari emiten serupa. Nilai PER yang sudah tinggi pun belum tentu harga sahamnya tidak akan naik lagi.
Di luar poin-poin yang sudah disampaikan di atas, tentu masih banyak faktor lain yang perlu diperhatikan investor pemula.