Bisnis.com, JAKARTA — Kendati transaksi kartu debit melambat karena tergerus penggunaan uang elektronik, perbankan masih optimistis pemakaian kartu debit masih tinggi karena untuk penyimpanan dana dan transfer ke bank yang umumnya gratis.
Bank Indonesia mencatat per Agustus kinerja volume transaksi kartu ini hanya mampu naik 3,95% yoy. Angka itu menjadi yang terendah sepanjang tahun ini.
Senior Vice President Retail Deposit Product & Solution Bank Mandiri Muhamad Gumilang M. mengatakan posisi kartu debet perseroan per Agustus 2019 baik dari segi jumlah transaksi dan nominal masih terpantau tumbuh membaik.
Dari segi jumlah transaksi, perseroan mencatat pertumbuhan sebesar 12,64% dan dari sisi nominal transaksi pun masih naik 6,05%.
"Basically kartu debit adalah salah satu channel untuk nasabah bertransaksi, dari sisi nasabah semakin banyak channel untuk transaksi akan semakin memudahkan, alhasil impact dari wallet belum akan terlalu signifikan," katanya kepada Bisnis, Kamis (3/10/2019).
Sayangnya, proyeksi terhadap transaksi debet tersebut hanya dalam jangka pendek dua tahun ini. Menurut Gumilang hal ini karena ticket size yang memang berbeda.
Baca Juga
Dia mengatakan, rerata ticket size dompet elektronik masih di kisaran Rp20.000-Rp200.000, sedangkan rerata ticket size kartu debet saat ini lebih dari Rp250.000.
Direktur Bisnis dan Jaringan Bank Mandiri Hery Gunardi pun sepakat bahwa saat ini kartu debet memiliki peran sebagai sumber dana untuk mengisi dompet-dompet elektronik. Ke depan, pertumbuhan pun masih akan bisa diupayakan.
Salah satunya, lanjut Hery, perseroan akan memaksimalkan kerja sama co-branding untuk membantu lembaga atau korporasi mendapat layanan perbankan yang lengkap. Saat ini, bank dengan sandi saham BMRI ini pun mencatat telah berkerjasama dengan 90 mitra.
"Jumlah rekening kami saat ini sekitar 18 juta, meski sudah banyak masyarakat menggunakan QR saat ini tetapi debet adalah source of fund jadi belum terlihat dampaknya," ujar Hery.
Dia pun mengemukakan saat ini FBI dari komisi administrasi berbagai layanan perseroan masih mengantongi sekitar Rp2 triliun.