Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk. dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. masih menjadikan rumah baru sebagai sumber permintaan kredit pemilikan rumah (KPR). Pasalnya rata-rata pembeli rumah pertama mencari hunian tangan pertama.
Direktur Konsumer BTN Budi Satria menjelaskan bahwa lebih kurang 75% pengajuan KPR di perseroan digunakan untuk membeli rumah baru. Namun memang bank merasakan permintaan tahun ini tidak sebagus tahun lalu. Hal itu berlaku juga untuk rumah nonsubsidi dengan harga di bawah Rp500 juta.
“Pembeli rumah pertama ini relatif stabil, terutama mereka yang masuk dalam segmen pasar rumah untuk MBR [masyarakat berpenghasilan rendah],” katanya kepada Bisnis, Kamis (3/10/2019).
Dikonfirmasi terpisah, Direktur Bisnis Konsumer BNI Angoro Eko Cahyo menilai baik rumah baru maupun rumah bekas memiliki kecenderungan yang serupa tahun ini. Secara umum industrinya tengah melambat, tetapi segmen tertentu masih tumbuh dengan cukup baik.
Saat ini daya beli masyarakat berkisar pada harga rumah berkisar kurang dari Rp500 juta, baik untuk pasar primer maupun sekunder. “Di kelompok inilah pergerakan pasar KPR terus bertumbuh seiring semakin banyaknya keluarga muda butuh KPR baik perdana maupun KPR second,” jelasnya.
BNI mencatat sebanyak 85% debitur saat ini mengambil KPR untuk membeli rumah baru. Hingga akhir tahun ini bank memperkirakan komposisi tidak akan berubah banyak.
Anggoro melanjutkan bahwa per Agustus 2019 BNI mencatat pertumbuhan lebih dari 9% secara tahunan (year-on-year/yoy). Hal ini terjadi hampir sama baik antara pasar primer maupun sekunder.
“Rata-rata penyaluran Rp800 miliar per bulan. Ini kapasitas terbaik yang bisa kami lakukan di tengah situasi yang volatile saat ini,” kata Anggoro.