Bisnis.com, JAKARTA – Nilai kredit tertunda atau undisbursed loan (UL) PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. mencapai Rp130 triliun hingga awal semester II/2019.
Menurut Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo, nilai kredit tertunda perseroan diproyeksi bertahan pada kisaran Rp130 triliun hingga akhir tahun. Undisbursed loan yang ada di BRI umumnya didominasi debitur sektor konstruksi, kelistrikan, gas, air dan perdagangan.
“Undisbursed loan terkait dengan pelaksanaan project, dimana pencairan kredit dilakukan secara bertahap sesuai dengan tahapan pelaksanaan proyek atau kredit modal kerja yang belum dipakai secara penuh,” ujar Haru kepada Bisnis, Kamis (10/10).
Jika dibandingkan secara tahunan (year-on-year/yoy), nilai kredit tertunda BRI mengalami peningkatan 3,37 persen. Pada Agustus 2018, nilai kredit tertunda perseroan berjumlah Rp125,75 triliun.
Pertumbuhan nilai kredit tertunda emiten berkode BBRI ini melambat secara tahunan. Pada periode yang sama tahun lalu, jumlah UL BRI tumbuh 14,44 persen secara yoy.
Jika dibandingkan dengan pembiayaan BRI per Agustus, rasio kredit tertunda perseroan mencapai 15,32 persen. Adapun penyaluran kredit BRI berdasarkan laporan keuangan Agustus 2019 mencapai Rp848,03 triliun.
“Undisbursed loan merupakan kondisi normal dari suatu bisnis perbankan, karena memang secara nature tidak semua fasilitas pinjaman bank langsung digunakan sekaligus atau sesuai termin proyek,” tutur Haru.