Bisnis.com, JAKARTA — Industri dana pensiun dinilai memerlukan pengembangan strategi bisnis untuk dapat keluar dari pertumbuhan bisnis yang stagnan.
Ketua Asosiasi Dana Pensiun Indonesia (ADPI) Suheri menjelaskan bahwa industri dana pensiun saat ini mencatatkan perkembangan yang relatif stagnan. Menurut dia, kondisi tersebut di antaranya tergambar dari hasil investasi industri yang stagnan.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pendapatan investasi per Agustus 2019 tercatat mencapai Rp14,127 triliun. Jumlah tersebut menurun 0,03% (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan Agustus 2018 sebesar Rp14,132 triliun.
Meskipun begitu, total investasi dana pensiun tercatat tumbuh 7,71% (yoy). Pada Agustus 2019, aset dana pensiun mencapai Rp273,9 triliun atau tumbuh dari Agustus 2018 senilai Rp254,333 triliun.
Menurut Suheri, meskipun investasi dana pensiun berorientasi jangka panjang, kondisi investasi saat ini perlu menjadi perhatian pelaku industri. Kondisi jangka pendek tersebut perlu diantisipasi agar tidak membawa pengaruh berkelanjutan.
"Perkembangan industri dapen [dana pensiun] relatif stagnan. Investasi agak tertekan dengan kondisi saat ini, di mana indeks saham turun signifikan," ujar Suheri kepada Bisnis, pekan lalu.
Baca Juga
Dia menjabarkan, strategi pengelolaan investasi industri dana pensiun tetap berpegang pada komposisi investasi sesuai strategi setiap perusahaan. Akan tetapi, kondisi tersebut belum membawa perubahan berarti pada perkembangan industri.
Menurut Suheri, industri perlu mengembangkan strategi bisnis agar dapat menggenjot kinerja bisnis yang relatif stagnan. Strategi tersebut menurutnya perlu berorientasi jangka panjang dengan tetap mempertimbangkan kondisi terkini.
"Karena pada dasarnya industri dana pensiun bukan investasi jangka pendek yang reaktif terhadap perubahan pasar," ujar dia.
Jumlah peserta dana pensiun pada 2018 mencapai 4,63 juta orang atau tumbuh 4,01% (yoy) dari 2017 sebanyak 4,45 juta orang. Pada 2017 pertumbuhan peserta tercatat sebesar 1,38% (yoy) dari 2016 sebanyak 4,39 juta orang.
Wakil Ketua Perkumpulan Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Nur Hasan menjelaskan bahwa kondisi serupa turut dirasakan oleh industri DPLK. Kondisi pasar modal yang sempat menantang membuat industri DPLK 'mengencangkan sabuk'.
"Tantangan industri DPLK hampir sama seperti pada industri keuangan lainnya saat ini," ujar Nur Hasan kepada Bisnis, pekan lalu.
Hasil investasi DPLK mencatatkan kinerja moncer. Per Agustus 2019, hasil investasi DPLK mencapai Rp4,35 triliun atau tumbuh 26,2% dari Agustus 2018 senilai Rp3,44 triliun.
Aset netto DPLK pada Agustus 2019 mencapai Rp89,85 triliun. Pada periode Januari–Agustus, total aset tercatat tumbuh 8,8% (year-on-date) atau senilai Rp7,3 triliun, dari sebelumnya sekitar Rp82,55 triliun.
Adapun, Menurut Nur Hasan, perkumpulan tersebut memproyeksikan pertumbuhan aset DPLK hingga akhir tahun dapat mencapai 11%–12%, dari posisi aset 2018 senilai Rp82,54 triliun.