Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Siapa Berminat Beli Bukopin?

Langkah Bank Bukopin untuk menerbitkan saham baru dengan mekanisme right issue menimbulkan tanda tanya terkait pembeli siaga atas saham baru tersebut. Kinerja perseroan yang cenderung terus melemah kemungkinan menyebabkan pemegang saham lama, khususnya Bosowa, ragu untuk terus menyuntikkan modal.
Nasabah bertransaksi di banking hall Bank Bukopin di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Nasabah bertransaksi di banking hall Bank Bukopin di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan


Bisnis.com, JAKARTA-- Opsi melepas PT Bank Bukopin Tbk. bukannya tak pernah terlintas dalam benak Bosowa Corporindo. Kebutuhan modal yang semakin besar dan berbanding terbalik dengan perolehan laba tampaknya semakin memberatkan perusahaan ini untuk terus menemani Bank Bukopin.

Perusahaan dari konglomerasi saudara ipar Mantan Wakil Presiden Muhammad Jusuf Kalla ini, pertama kali meminang Bank Bukopin pada 2013. Perseroan masuk secara bertahap dengan mahar pertama senilai Rp1,17 triliun, atau 14% dari total saham.

Pada tahun itu, konglomerasi ini bisa dibilang cukup bahagia karena langsung ikut menikmati suka cita emiten berkode BBKP ini yang untung Rp910,5 miliar.

Kebahagiaan tersebut relatif bertahan hingga 2015, lantaran peningkatan fungsi intermediasi yang cukup signifikan dari Bank Bukopin.

Hanya saja, pada 2016 bayang-bayang kredit bermasalah yang menahan laju pendapatan serta mengerek beban pencadangan sudah mulai terlihat.

Tahun berikutnya, nonperforming loan terkerek hingga ke posisi yang tidak bisa lagi ditoleransi yakni 8,54%. Laba yang sebelumnya bergerak di kisaran Rp900 miliar seketika turun menjadi Rp135 miliar.

Dengan semua dinamika itu, Bosowa mulai terlihat ragu dalam langkah jangka panjangnya di Bank Bukopin. 

Alih-alih melanjutkan dukungan, Bosowa justru membuka jalan bagi KB Kookmin Bank menyerap saham Bank Bukopin pada Penawaran Umum Terbatas (PUT) IV tahun 2018. Total dana segar yang disuntikkan ke Bukopin saat itu mencapai Rp1,55 tiliun. 

Meski tetap menyandang status pemegang saham pengendali (PSP) saat itu, saham Bosowa yang awalnya berada di 30%, terdilusi menjadi 23,39%. Sementara itu, Kookmin langsung memiliki saham dengan porsi 22,0%.

Tahun ini, upaya perlawanan dari "batuk-batuk" kredit bermasalahan Bank Bukopin masih berlanjut. Perseroan menyalurkan kredit lebih selektif, dan bahkan fokus pada segmen ritel seperti modal kerja usaha mikro kecil dan menengah, serta kredit pemilikan rumah dan pensiunan.

Strategi ini cukup membantu meredam rasio kredit bermasalah yang kepalang tinggi. Akan tetapi, tanpa ekspansi kredit yang signifikan atau write off, rasio kredit bermasalah tidak akan dapat dinormalisasikan.

Belum lagi, ada hal yang menjadi pertimbangan cukup sulit bagi industri perbankan, yakni implementasi pedoman standar akuntansi keuangan (PSAK) 71 tahun depan.

Perhitungan ini akan membuat beban pencadangan aset-aset produktif semakin kompleks, dan bahkan cenderung membuat beban operasional bank lebih tinggi.

Manajemen Bukopin sebenarnya menawarkan penerbitan surat utang subordinasi. Hanya saja, rencana ini agaknya terhambat dari sisi perhitungan beban bunga yang kurang kompetitif. Hingga akhirnya, PUT V dengan target dana Rp2,5 triliun menjadi tak terelakkan.

Nah, mampukah Bosowa menunjukkan komitmennya kali ini ?

Sebelumnya, manajemen Bank Bukopin belum mampu memastikan komitmen dari setiap pemegang sahamnya termasuk Bosowa pada PUT kali ini.

"Rapat umum pemegang saham baru langkah awal agar bisa bergerak. Nantilah, kami masih harus menunggu pembicaraan berikutnya, karena prosesnya masih panjang," ujar  Direktur Utama Bank Bukopin Eko Rachmansyah Gindo, Kamis (24/10/2019).

Di pihak investor, CEO Bosowa Corporindo Sadikin Aksa juga tidak memberikan keterangan pasti terhadap kontribusi perusahaan pada PUT kali ini.

"Kami belum tentukan sikap karena lagi menunggu prospektus dari manajemen. Kita lagi menyesuaikan dengan kondisi ekonomi saat ini. Kita lagi melakukan kajian buat kondisi ekonomi yang baru," katanya melalui pesan singkat, Jumat (25/10/2019).

Di pihak lain, Kepala Riset Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Lando Simatupang berpendapat bisnis Bosowa tidak sekuat tahun-tahun sebelumnya.

Hal ini tentunya mempengaruhi kemampuan perusahaan konglomerasi dalam mendukung lini-lini bisnis yang membutuhkan dana segar.

"Lagi pula, penyuntikan modal kali ini lebih ditujukan untuk peningkatan pencadangan, bukan ekspansi bisnis, pastinya investor yang dalam kondisi terbatas akan mempertimbangkan dalam-dalam untuk mengambil haknya," ucapnya.

Di samping itu, menurutnya, dominasi Kookmin akan jauh lebih baik bagi Bank Bukopin. Tak hanya modal, Bank Bukopin perlu melakukan revitalisasi bisnis yang cukup komprehensif baik operasional maupun adopsi digitalnya.

"Kookmin pasti punya sistem yang lebih baik. Transfer of knowledge tentunya akan lebih baik jika mereka menjadi PSP," ucapnya.

Kemampuan Bosowa memang masih menjadi pertanyaan pada PUT kali ini. Namun yang jelas, porsi saham yang diterbitkan kali ini adalah 40%, sehingga berpotensi mengikis saham Bosowa cukup dalam. 

Bahkan, Bosowa bisa-bisa kehilangan status PSP-nya. Mungkinkah ? Lalu siapa yang mungkin bisa menggantinya ?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard

Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper