Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. atau Bank BJB mencatatkan penurunan laba -15,6% menjadi Rp1,13 triliun per kuartal III/2019 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,34 triliun.
Direktur Utama Bank BJB Yuddy Renaldi mengatakan secara tahunan perolehan laba perseroan memang memiliki selisih sekitar Rp128 miliar. Hal itu lantaran implementasi PSAK71 yang perseroan terapkan lebih cepat.
Alhasil, tekanan laba kuartal III/2019 berasal dari pembentukan cadangan kerugian penurunan nilai ataau CKPN yang harus sesuai perhitungan PSAK71.
"Pada kuartal III/2019 kami membebankan pemenuhan untuk PSAK71 sebesar Rp161 miliar," katanya, Rabu (30/10/2019)
Yuddy mengemukakan nilai itu cukup besar dibandingkan dengan pada kuartal I/2019 dan kuartal II/2019, di mana perseroan hanya memenuhi CKPN sebesar Rp62 miliar. Namun, dengan besaran Rp161 miliar tersebut perseroan telah memenuhi 96% lebih cepat dalam pembentukan CKPN yang sesuai PSAK71.
Sementara itu, dari jumlah total aset perseroan masih mampu mencatatkan pertumbuhan 8,3% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp123,6 triliun.
Pertumbuhan aset didorong oleh fungsi intermediasi yang masih cukup baik. Kredit perseroan per September 2019 tercatat naik 9,8% yoy menjadi Rp81,5 triliun.
Demikian halnya dengan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) tumbuh 10% yoy menjadi Rp98,4 triliun. Pertumbuhan DPK ini didorong dari pertumbuhan dana murah yaitu giro sebesar 10,9% yoy dan tabungan sebesar 6,9% yoy.
"Fokus kami dalam peningkatan fee based income atau FBI yang per September 2019 menembus angka Rp249 Milliar, lebih tinggi 13,7% dibandingkan dengan kuartal sebelumnya," ujar Yuddy.
Sementara itu, pre Provisioning Operating Profit (PPOP) pada kuartal III/2019 ini pun kembali tumbuh menjadi Rp613 milliar. Perolehan PPOP didorong dengan program efisiensi yang menekan biaya operasional sehingga dapat turun -1,3% dibandingkan dengan biaya operasional tahun lalu.
Yuddy mengemukakan dari sisi kualitas, rasio Non Performing Loan (NPL) perseroan masih terjaga pada level 1,75%.
Yuddy menuturkan berbagai terobosan juga terus dilakukan perseroan, khususnya dalam memberikan pengalaman yang lebih mudah dan cepat dalam bertransaksi. Khususnya perbaikan fasilitas pada layanan BJB Digi yang kosisten terus dilakukan.
Selain itu, bank bjb senantiasa mendorong agar pemerintah daerah mewujudkan gagasan konsep smart city melalui berbagai kerja sama elektronifikasi layanan pengelolaan keuangan daerah, antara lain perluasan penggunaan aplikasi SP2D Online dan pengembangan layanan penerimaan bagi pemerintah daerah seperti pajak, retribusi dan lain-lain.
Yuddy menilai momentum penurunan suku bunga acuan yang dilakukan oleh Bank Indonesia saat ini juga mencerminkan prakiraan inflasi yang terkendali serta kondisi likuiditas yang melonggar, sehingga akan membantu perbankan dalam penghematan biaya dana.
"Berbagai peningkatan kualitas layanan bank bjb kami harapkan dapat memberikan pengalaman bagi nasabah dan mitra yang kemudian akan mendorong pertumbuhan bisnis. Peningkatan layanan diharapkan menjadi fondasi bank bjb untuk mencapai visi menjadi 10 bank terbesar dan berkinerja baik di Indonesia," katanya.