Bisnis. com, JAKARTA – PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) akan fokus menyalurkan kredit modal kerja dibanding kredit investasi di 2020.
Direktur Bisnis Ritel Bank Jateng Hanawijaya mengatakan penyaluran kredit modal kerja (KMK) berpotensi tumbuh lebih besar dibanding kredit investasi. Salah satu sebabnya karena pertumbuhan kredit investasi Bank Jateng hingga jelang akhir 2019 lebih tinggi dibanding modal kerja.
"Tahun 2020 saya sependapat porsi modal kerja akan lebih besar pertumbuhannya dibandingkan 2019. Membiayai modal kerja lebih mudah daripada investasi," ujar Hanawijaya kepada Bisnis, Selasa (10/12).
Hingga November 2019 penyaluran kredit investasi Bank Jateng tercatat tumbuh 9,58% secara tahunan (year-on-year/yoy) menjadi Rp6,63 triliun. Pada saat yang sama, penyaluran kredit modal kerja perseroan hanya tumbuh 0,24% yoy menjadi Rp11,38 triliun.
Secara keseluruhan, pembiayaan Bank Jateng per November 2019 tumbuh 5,76% yoy menjadi Rp48,78 triliun. Kenaikan ini ditopang oleh kredit konsumtif yang tercapai sebesar Rp30,77 triliun atau tumbuh 7,13% yoy.
"Pada 2020 penyaluran kredit Bank Jateng tetap berorientasi kepada sektor usaha produktif. Sampai dengan akhir 2019, penyaluran kredit dan pembiayaan Bank Jateng direncanakan sebesar Rp49,11 triliun atau tumbuh sebesar 7% yoy," katanya.
Bank Jateng menargetkan pembiayaan modal kerja di 2020 dapat tumbuh hingga 12,43% yoy menjadi Rp13 triliun. Pada kredit investasi, pertumbuhan yang diharapkan di 2020 sekitar 12,95% menjadi Rp7,59 triliun.
Penyaluran kredit Bank Jateng secara umum ditargetkan tumbuh 8,73% yoy. Pertumbuhan tersebut akan ditopang penyaluran kredit usaha produktif sebesar Rp20,60 triliun atau tumbuh 12,62% yoy, dan penyaluran kredit konsumtif Rp32,80 triliun atau tumbuh 6,42% yoy.
Menurut Hanawijaya, penyaluran kredit investasi lebih berisiko dibanding kredit modal kerja. Akan tetapi, Bank Jateng disebutnya sudah memiliki mitigasi risiko setiap menyalurkan kredit jenis investasi ke debitur.
"Lebih berisiko investasi karena masih ada masa tunggu untuk menghasilkan cash flow. Kami biasanya mensyaratkan investasinya bukan baru, namun pengembangan sehingga ada cashflow existing untuk bayar bunga selama grace periode pembayaran pokok. Kedua, kami meminta jaminan fixed asset sebagai second way out kalau terjadi kegagalan usaha," katanya.