Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Prospek Kredit Ekspor-Impor Muram Sampai 2020

Perlambatan kredit berorientasi ekspor dan impor masih akan berlanjut pada tahun depan. Pasalnya, sejauh ini tantangan ekonomi global belum menunjukan tanda-tanda positif.
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Bongkar Muat Tanjung Priok milik Pelindo II, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja
Pekerja melakukan aktivitas bongkar muat di Pelabuhan Bongkar Muat Tanjung Priok milik Pelindo II, Jakarta, Kamis (28/11/2019)./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA - Perlambatan kredit berorientasi ekspor dan impor masih akan berlanjut pada tahun depan. Pasalnya, sejauh ini tantangan ekonomi global belum menunjukan tanda-tanda positif.

Ekonom PT Bank Danamon Tbk. Wisnu Wardana mengatakan bahwa kredit berorientasi ekspor dan impor berhubungan erat dengan kegiatan perdagangan. Selain itu pembiayaan dengan pangsa pasar pelaku usaha yang aktif melakukan pengapalan dari maupun ke luar negeri itu juga terkait dengan harga komoditas.

“Kami lihat tahun depan pun masih sama, meskipun mungkin ukuran perlambatannya belum tentu lebih besar dari tahun ini,” katanya kepada Bisnis, Senin (16/12/2019).

Wisnu menjelaskan, selain dari sisi permintaan, bank akan meningkatkan kehati-hatian dalam menyalurkan kredit ekspor-impor. Ketidakpastian ekonomi global membuat profil risiko kredit kepada debitur yang berorientasi ekspor-impor naik.

Belum lagi perbankan tengah berhadapan dengan isu likuiditas. Perbankan akan lebih selektif melakukan kegiatan intermediasi guna menjaga rasio kualitas kredit.

Adapun berdasarkan data otoritas Jasa Keuangan (OJK), sepanjang tahun ini kredit berorientasi ekspor dan impor tumbuh melambat. Fenomena ini dialami hampir semua kelompok bank berdasarkan modal inti.

Perlambatan paling signifikan dialami oleh kredit berorientasi impor, di mana per September tumbuh 6,82% secara tahunan (year-on-year/yoy) atau menjadi Rp82,4 triliun. Padahal tutup buku 2019 masih tumbuh 25,21% yoy.

Perlambatan tersebut telah terjadi sejak 2017. Kala itu kredit bank yang disalurkan untuk kegiatan impor debitur tumbuh 37,62% yoy.

Sementara itu, kredit ekspor pada kuartal III/2019 tumbuh 1,67% yoy menjadi Rp133,8 triliun. Realisasi tersebut juga melambat bila dibandingkan dengan dua tahun terakhir. Pada tutup buku 2018 dan 2017, kredit ekspor, masing-masing naik 25,28% yoy dan 8,43% yoy.

Bila dilihat per kelompok bank, perlambatan pertumbuhan kredit impor paling signifikan terjadi pada bank umum kelompok usaha (BUKU) III. Bank bermodal inti Rp5 triliun hingga Rp30 triliun ini melaporkan pertumbuhan 1,58% yoy per triwulan ketiga 2019, sedangkan pada periode yang sama tahun lalu 25,07% yoy.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper