Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia menjamin permintaan kredit pada 2020 akan menguat sebagai imbas sejumlah bauran kebijakan yang akomodatif sejak 2019.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo menyatakan pada 2020, suku bunga deposit maupun suku bunga kredit perbankan akan terus mengalami penurunan secara bertahap. Hal ini adalah upaya adaptasi setelah pelonggaran kebijakan suku bunga acuan sebanyak empat kali pada 2019, ditambah dengan relaksasi makroprudensial melalui pelonggaran Giro Wajib Minimum (GWM) sebanyak dua kali sepanjang 2019 lalu. Saat ini, posisi suku bunga acuan atau BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 5,00%, suku bunga Deposit Facility sebesar 4,25%, dan suku bunga Lending Facility sebesar 5,75%.
Dengan kondisi tersebut, Perry memprakirakan, pada 2020, pertumbuhan kredit menjadi 10% sampai 12%, sedangkan pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) membaik pada kisaran 8% -10%. Perry yakin relaksasi dari pihak perbankan akan mendukung momentum pertumbuhan ekonomi tahun ini. Sehingga bank sentral bisa mencapai salah satu fokus utama pada 2020 yaitu mendorong pembiayaan ekonomi.
“Kami fokuskan bersama OJK [Otoritas Jasa Keuangan] soal bagaimana penyaluran kredit perbankan itu bisa lebih baik ke depan,” terang Perry kepada Redaksi Bisnis Indonesia, Jumat (3/1/2020).
Perry menambahkan, rencana omnibus law dari pemerintah yang akan mendorong penanaman modal maka bank sentral akan bertugas memastikan ketersediaan pembiayaan pembangunan, khususnya terkait rencana hilirisasi di luar Pulau Jawa. Dia menyebut, Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan akan melakukan sinkronisasi dengan pemangku kebijakan fiskal perihal sumber pembiayaan dan upaya menarik investasi.
“Ada opsi pembiayaan dari perbankan seperti apa, dari pasar keuangan, apakah kredit atau saham, dan penerbitan surat berharga. Kami juga bisa berperan mendorong investasi sebagai investor relation,” jelas Perry.
Perry menyebut, selain peningkatan likuiditas perbankan, pada 2020 sektor pasar modal juga akan mendorong pembiayaan ekonomi pada 2020. Dia memprediksi pada 2020 ini persentase pembiayaan korporasi melalui penerbitan saham diyakini juga akan membaik.
“Penerbitan obligasi juga akan lebih tinggi termasuk instrumen lain seperti medium term note maupun sekuritas yang lain,” tuturnya.
Perry menjamin, ke depannya Bank Indonesia tetap menempuh kebijakan makroprudensial yang akomodatif dan memperkuat koordinasi dengan otoritas terkait. Sehingga, bisa tetap menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendorong fungsi intermediasi perbankan.