Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mencatatkan pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 10,7 persen secara tahunan menjadi Rp907,5 triliun pada 2019.
Direktur Utama Bank Mandiri Royke Tumilaar mengatakan dari penyaluran tersebut, perseroan berhasil mencatat pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) sebesar Rp59,4 triliun, naik 8,8 persen secara year-on-year (yoy) dibanding tahun sebelumnya.
Dia mengemukakan komponen Return on Equity (ROE) dalam 2 tahun akan dijaga di level 16-18 persen. Sementara itu, target kredit dipatok 8-10 persen dan Non Performing Loan (NPL) dijaga di rentang 2,1-2,3 persen.
Royke menjabarkan perseroan telah memperbaiki kualitas kredit yang disalurkan sehingga rasio NPL gross turun 42 bps menjadi 2,33 persen dibandingkan Desember 2018. Dampaknya, biaya Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) pun ikut turun 14,9 persen yoy menjadi Rp 12,1 triliun.
Dia melanjutkan prinsip pertumbuhan yang sehat dan berkelanjutan dalam ekspansi serta inovasi layanan yang berkelanjutan melalui otomatisasi ataupun digitalisasi, menjadi kunci keberhasilan perseroan dalam melewati 2019. Bank Mandiri menuturkan 2019 merupakan tahun yang diwarnai dengan persaingan ketat industri perbankan serta maraknya usaha pembiayaan berbasis digital.
“Dalam penyaluran kredit misalnya, kami senantiasa berpatokan pada kajian sektor guideline dan assessment karakter perusahaan yang ketat untuk memastikan pemenuhan kewajiban oleh calon debitur. Kami juga berusaha menjaga komposisi portofolio segmen wholesale dan retail bank only yang saat ini di kisaran 65 persen dan 35 persen agar dapat memberikan return yang optimal,” papar Royke dalam konferensi pers paparan kinerja 2019 di Jakarta, Jumat (24/1/2020).
Baca Juga
Terkait laba, dia mengakui profit adalah sesuatu yang sulit untuk diprediksi. Namun, perseroan akan menjaga komponen bisnis demi memastikan kinerja 2020 lebih baik dibandingkan tahun lalu.
Sepanjang 2019, Bank Mandiri memeroleh laba sebesar Rp27,5 triliun atau naik 9,9 persen secara tahunan.