Bisnis.com, JAKARTA - Institute for Development of Economics and Finance (Indef) memandang fee based income perbankan bakal mencapai porsi sama besar dengan pendapatan bunga.
Asisten peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dendy Indramawan menyampaikan saat ini FBI belum mencapai 10 persen dari total pendapatan perbankan. Namun, kinerjanya akan baik dan stabil sehingga pada akhirnya akan sama dengan pendapatan bunga.
"Di negara maju, FBI itu hampir sama dengan pendapatan bunga. Otoritas pun juga mendorong perbankan Tanah Air untuk dapat menciptakan pendapatan di luar penyaluran kredit," katanya, Rabu (29/1/2020).
Dia menjelaskan meski tergolong sulit, tetapi FBI akan sangat diharapkan untuk menopang laba perbankan tahun ini. Pasalnya, suku bunga kredit yang terus didorong turun, sehingga diharapkan permintaan kredit lebih tinggi dengan perputaran lebih banyak.
"Ini artinya volume penggunaan kredit yang sebenarnya dikejar oleh perbankan, sehingga pendapatan akan lebih maksimal," ucapnya.
Terkait dengan turunnya kinerja FBI BUKU I, Dendy menyebutkan kelompok ini akan terus tergerus. Pasalnya, BUKU I tidak mampu menganggarkan belanja modal dalam jumlah besar serta memaksimalkan pasar transaksional korporasi yang sudah menjadi andalan bank-bank papan atas.
Baca Juga
"Itu makanya, kami lihat Otoritas Jasa Keuangan fokus pada konsolidasi yang gunanya untuk meningkatkan kapasitas modal bank-bank kecil ini," katanya.
Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Ario Bimo sebelumnya menyebutkan dalam memacu pertumbuhan FBI tahun ini, perseroan akan menerapkan strategi peningkatan layanan perbankan terutama yang berbasis digital untuk meningkatkan volume transaksi menggunakan channel BNI.
"Di samping itu, kami akan menggenjot potensi layanan transactional banking dari debitur existing serta layanan wealth management untuk nasabah-nasabah prioritas," katanya.
Adapun, BNI mencatat FBI senilai Rp8,1 triliun atau tumbuh 11,1 persen pada kuartal III/2019 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018.
Fee based tersebut bersumber dari transactional banking seperti fee dari kredit sindikasi, bank garansi, dan trade finance maupun fee yang berasal dari transaksi yang bersifat consumer banking seperti ATM, dan remitansi.
Head of Corporate Secretary Division Bank BJB Muhammad Asad Budiman mengatakan FBI perseroan hingga Oktober 2019 tercatat sebesar Rp795 miliar, tumbuh 2 persen yoy.
"Kami harapkan FBI sampai dengan akhir tahun ini dapat menyentuh angka Rp1 triliun," katanya.
Asadi menyoroti perkembangan teknologi tidak dapat dihindari industri perbankan, termasuk hadirnya perusahaan teknologi finansial (tekfin). Menurutnya, bank perlu berkolaborasi menciptakan ekosistem bersama, sehingga bukan kompetisi, tetapi kolaborasi yang tercipta.
Menurut Asadi, tahun ini bank harus dapat mengadopsi dan bertransformasi seiring dengan perkembangan teknologi, gaya hidup masyarakat, dan juga karakteristik nasabah yg sudah bergeser pada channel-channel digital saat ini.
"Kami menyadari pola konsumsi masyarakat yg telah bergeser pada belanja online, mengisi saldo dompet digital mereka dan berinteraksi dalam media sosial. Pengembangan fitur, channel, dan infrastruktur teknologi kami pun telah mempertimbangkan hal tersebut agar dapat menghasilkan FBI yang lebih baik," jelasnya.