Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Analis: Rencana Kenaikan Modal Bank Lebih Berdampak Jangka Panjang

Saat ini jumlah bank BUKU I sebanyak 17 bank, termasuk bank syariah. Dengan rencana kenaikan batas modal inti bank BUKU I, nantinya kelompok BUKU 2 juga akan menyesuaikan
Nasabah melakukan transaksi perbankan di Galeri  ATM, di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/4/2018)./JIBI-Rachman
Nasabah melakukan transaksi perbankan di Galeri ATM, di Bandung, Jawa Barat, Senin (9/4/2018)./JIBI-Rachman

Bisnis.com, JAKARTA - Mirae Asset Sekuritas menilai rencana Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk meningkatkan modal inti bank lebih banyak memiliki dampak positif untuk jangka panjang ketimbang jangka pendek.

Seperti diketahui, pada awal tahun ini OJK mengumumkan rencana kenaikan modal inti bagi bank umum, terutama kelompok bank umum kegiatan usaha (BUKU) I dari di bawah Rp1 triliun menjadi Rp3 triliun.

Peningkatan ini dibagi dalam beberapa tahap, yaitu Rp1 triliun pada 2020, Rp2 triliun pada 2021, dan Rp3 triliun pada 2022.

Dalam riset yang diterbitkan pada Senin (10/2/2020), Analis Mirae Asset Lee Young Jun mengatakan dengan rencana kenaikan batas modal inti bank BUKU I, nantinya kelompok BUKU 2 juga akan menyesuaikan. Saat ini, modal inti BUKU 2 berada di rentang Rp1 triliun hingga Rp5 triliun.

Lee menyebutkan Indonesia saat ini memiliki terlalu banyak bank umum, sehingga konsolidasi secara bertahap perlu dilakukan. Namun, melihat jumlah bank BUKU I yang sebanyak 17 bank, termasuk syariah, pihaknya tidak berharap bakal terdapat dampak signifikan terhadap industri perbankan dalam waktu dekat.

"Menurut kami, aturan baru mengenai kenaikan batas modal inti akan memberikan dampak untuk konsolidasi lebih jauh bank-bank kecil. Tetapi, dengan jumlah BUKU I sebanyak 17 bank, kami kira dampaknya tidak terlalu signifikan," katanya.

Lee menjelaskan berdasarkan diskusi dengan empat bank terbesar di Indonesia, keempatnya belum melihat ada bank kecil yang menarik untuk dijadikan target akuisisi. Dia menuturkan keempat bank besar tersebut tidak memiliki rencana untuk merger dan akuisisi dalam waktu dekat karena beberapa hal, antara lain karena kegiatan merger dan akuisisi yang baru saja dilakukan, overlapping wilayah operasi, dan lainnya.

"Dalam pandangan kami, pemerintah perlu menginisiasi pembicaraan lebih lanjut dengan pihak regulator dan bank-bank dari BUKU I hingga IV," ujar Lee.

Mirae Asset memberikan penilaian netral untuk sektor perbankan seiring dengan perkiraan bahwa rencana regulasi tersebut akan berdampak minor untuk jangka pendek. BBCA dan BBRI menjadi top picks saham dari Mirae Asset untuk sektor perbankan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper