Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ekonom Proyeksi BI Pertahankan Tingkat Suku Bunga Acuan

Terkendalinya inflasi tahun 2020 ini dipengaruhi oleh dampak negatif dari COVID-19 terhadap perekonomian di mana potensi perlambatan ekonomi domestik termasuk penurunan laju konsumsi rumah tangga sehingga akan membatasi tekanan demand pull inflation.
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia
Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memberikan keterangan melalui streaming di Jakarta, Kamis (9/4/2020). Dok. Bank Indonesia

Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom memproyeksikan Bank Indonesia pada Rapat Dewan Gubernur April 2020 akan tetap mempertahankan BI 7-day (Reverse) Repo Rate pada level 4,50 persen.

Seperti diketahui, Bank Indonesia telah menurunkan suku bunga acuan sebanyak 50 basis poin (bps) tahun ini  yakni dua kali pada Februari dan Maret 2020 lalu.

Ekonom Bank Permata Josua Pardede berpendapat Bank Indonesia akan tetap mempertahankan BI7RR pada level 4,50 persen, dengan mempertimbangkan beberapa indikator, yakni inflasi, stabilisasi nilai tukar Rupiah, dan penanganan dampak pandemi COVID-19.

Josua menjelaskan inflasi hingga akhir 2020 diperkirakan akan tetap stabil di kisaran 2,9 persen-3,3 persen, yang mana masih dalam target sasaran inflasi BI tahun ini, yaitu di kisaran 3±1 persen.

"Terkendalinya inflasi tahun 2020 ini dipengaruhi oleh dampak negatif dari COVID-19 terhadap perekonomian di mana potensi perlambatan ekonomi domestik termasuk penurunan laju konsumsi rumah tangga sehingga akan membatasi tekanan demand pull inflation," katanya kepada Bisnis, Senin (13/4/2020).

Di samping itu, menurut Josua, perkembangan nilai tukar Rupiah dalam jangka pendek masih dipengaruhi oleh sentiment risk averse di tengah COVID-19, mempertimbangkan eskalasi COVID-19 secara global yang terus meningkat sehingga mendorong ekspektasi perlambatan ekonomi global.

Dia mengutarakan, volatilitas nilai tukar rupiah secara rata-rata menurun yang terindikasi dari one-month implied volatility yang meningkat menjadi 26 persen sejak 3 minggu terakhir.

Di tengah volatilitas yang meningkat tersebut, nilai tukar rupiah tercatat terdepresiasi sekitar 14,5% secara year to date/ytd, dan merupakan nilai tukar yang mengalami depresiasi terbesar di kawasan Asia secara tahun kalender.

"Oleh karenanya, suku bunga acuan BI saat ini di level 4,50 persen diperkirakan akan dapat membatasi capital flight dari pasar keuangan domestik dalam jangka pendek ini," tutur Josua.

Josua menilai, alih-alih menurunkan suku bunga acuan, respon kebijakan yang perlu diprioritaskan adalah kebijakan untuk mengatasi krisis kesehatan dan menjaga keselamaan jiwa masyarakat di tengah situasi pandemi COVID-19 yang diperkirakan masih berlangsung beberapa bulan ke depan.

Lanjutnya, menjaga konsumsi masyarakat penting dilakukan terutama masyarakat miskin dan rentan. Dengan segera menyalurkan social safety net, akan menjaga daya beli masyarakat khususnya pekerja di sektor informal yang terkena dampak sangat signfikan dari penurunan aktivitas ekonomi.

Menurut Josua, kebijakan-kebijakan tersebut cenderung lebih efektif dan produktif di tengah masa pandemi COVID-19 ini.

"Meskipun ruang penurunan suku bunga acuan terbuka, mempertimbangkan respon kebijakan bank sentral global yang akomoditif bahkan mendekati level 0 persen pada beberapa bank sentral negara maju. Namun demikian, BI perlu fokus menjaga stabilitas nilai tukar rupiah dalam rangka menjaga confidence pelaku pasar di tengah masih tingginya ketidakpastian global akibat COVID-19," jelasnya.

Selain itu, Josua menambahkan, respon kebijakan fiskal melalui tiga paket stimulus kebijakan diperkirakan akan dapat menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Maria Elena
Editor : Ropesta Sitorus
Bisnis Indonesia Premium.

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Bisnis Indonesia Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper