Bisnis.com, JAKARTA - Mantan Menteri Keuangan RI Chatib Basri mengkhawatirkan dampak dari pandemi COVID-19 dalam 6 bulan ke depan terhadap dunia usaha, khususnya usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dia memperkirakan sektor usaha ini akan collapse karena kesulitan arus kas. Oleh karena itu, menurutnya penting bagi sektor perbankan untuk tetap menyalurkan kredit dunia usaha yang terdampak virus corona.
Namun di sisi lain, Chatib menyoroti sektor perbankan yang memang tak bisa mengelak peningkatan kredit bermasalah (non-performing loan/NPL) karena debitur tidak bisa mengangsur, di tambah jika bank menyalurkan kredit baru.
Dengan demikian, dia berpendapat Pemerintah harus mengambil langkah intervensi agar kredit tetap jalan, misalnya dengan memberikan penjaminan kredit ekspor.
Kebijakan tersebut sebelumnya pernah dilakukan saat krisis ekonomi global 2008 oleh negara anggota G20 dengan memberikan penjaminan kredit ekspor ketika kegiatan pengiriman barang ke pasar global terhenti.
"Pertanyaannya, kalau salurkan kredit lalu berakhir dengan NPL, pemerintah harus intervensi. Pemerintah harus lakukan hal yang sama dengan memberi jaminan, sehingga kredit bisa disalurkan ke sektor riil," katanya Senin (13/4/2020).
Baca Juga
Chatib mengutarakan Pemerintah dan otoritas memang telah memberikan perhatian dan mengantisipasi dampak yang ditimbulkan COVID-19 ke sektor keuangan.
Hal ini tercermin dari penertbitan Perppu RI Nomor 1 Tahun 2020 tentang Kebijakan Keuangan Negara dan Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease 2019 (COVID-19 dan/atau dalam Rangka Menghadapi Andaman yang Membahayakan Perekonomian Nasional dan/atau Stabilitas Sistem Keuangan.
Chatib menambahkan, tak bisa dipungkiri dampak paling besar akan terasa ke bank kecil. Pada sisi lain, kredit bermasalah akan meningkat dan juga likuiditas bank akat mengetat.