Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Efek Covid-19 Meluas, Rasio Kredit Bermasalah Sektor Konstruksi Kian Naik

Kualitas kredit konstruksi semakin perlu menjadi perhatian seiring dengan kredit yang melambat. Pelaku industri perbankan pun akan merespon dengan penyaluran kredit selektif guna tidak membuat beban tambahan pada masa pandemi.
Ilustrasi - Warga melintas di proyek pembangunan rumah bersubsidi di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Rabu (27/5/2020). Bisnis/Abdurachman
Ilustrasi - Warga melintas di proyek pembangunan rumah bersubsidi di Klapanunggal, Kabupaten Bogor, Rabu (27/5/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA - Kualitas kredit konstruksi semakin perlu menjadi perhatian seiring dengan kredit yang melambat. Pelaku industri perbankan pun akan merespon dengan penyaluran kredit selektif guna tidak membuat beban tambahan pada masa pandemi.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), kredit konstruksi bank umum per Februari tahun ini tercatat Rp350,05 triliun dengan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) 3,81%. Posisi NPL tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama tahun lalu yang berada pada 3,69%.

Berdasarkan data Bank Indonesia, penyebab penurunan kualitas kredit ini disebabkan oleh rasio NPL kredit konstruksi perumahan yang terkerek ke posisi 9,28% pada Februari 2019. Segmen ini bahkan sudah membukukan kredit pertumbuhan kredit negatif dengan rasio NPL 10,68% pada Maret 2020.

Direktur Riset Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Piter Abdullah menyebutkan sektor konstruksi merupakan sektor yang rasio kredit bermasalahnya sudah cukup rendah sebelum masa pandemi.

“Dengan adanya wabah yang memicu pembatasan aktivitas sosial ekonomi semakin banyak proyek infrastruktur yang ditunda, dan akan membuat kualitas kredit sektor ini harus semakin menjadi perhatian,” katanya kepada Bisnis, Senin (1/6/2020).

Dia menjelaskan pada saat pandemi, impor barang-barang modal dan bahan baku yang terhambat dan menghentikan kegiatan ekonomi di sektor ini.

Di luar itu, proyek-proyek perumahan juga mengalami penurunan kinerja serta permintaan sehingga tidak mampu mendongkrak fungsi intermediasi perbankan.

“Terakhir, dalam menyikapi ini, perbankan juga sudah mulai terlihat waspada dan melakukan penyaluran kredit selektif lantaran tren peningkatan rasio NPL tadi,” ujarnya.

Menanggapi hal tersebut, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. mengakui kredit konstruksi industri perbankan dalam kondisi tertekan saat ini. Namun, perseroan masih mencatatkan kinerja pertumbuhan sekaligus kualitas kredit konstruksi yang cukup baik.

Corporate Secretary Bank Mandiri Rully Setiawan mengatakan konstruksi merupakan salah satu sektor ekonomi yang perlu dipantau cukup ketat lantaran pandemi virus corona.

“Bank Mandiri pun berupaya untuk mengendalikan pertumbuhan pada seluruh sektor yang diidentifikasi terdampak pandemi agar dampak negatif dapat terkendali sesuai dengan appetite,” katanya.

Dia memaparkan, Bank Mandiri telah menyalurkan kredit di sektor konstruksi sebesar Rp48,8 triliun sampai dengan April 2020. Capaian ini tumbuh di atas 10% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya (YoY).

“Secara kualitas, tingkat NPL Bank Mandiri pada sektor Konstruksi masih terjaga di kisaran 1% dan mengalami perbaikan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : M. Richard
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper