Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Jiwa Generali menyatakan bahwa fitur RoboARMS bagi nasabah unit-linked berhasil mencatatkan kinerja investasi hingga 22 persen di atas kinerja indeks harga saham gabungan atau IHSG.
CEO Generali Edy Tuhirman menjelaskan bahwa kondisi perekonomian yang tidak pasti karena dampak penyebaran Covid-19 turut memengaruhi kinerja pasar modal. Hal tersebut menurutnya akan berimbas kepada kinerja investasi dari produk asuransi yang dikaitkan dengan investasi (PAYDI) atau unit-linked.
Dia menjabarkan bahwa sepanjang kuartal pertama 2020, IHSG mencatatkan penurunan kinerja hingga 28 persen, dari level 6.299 pada 30 Desember 2019 menjadi 4.538 pada 31 Maret 2020. Memasuki kuartal kedua 2020, kinerja indeks bergerak volatil dan pada hari ini, Rabu (10/6/2020), IHSG ditutup di angka 4.921.
Edy menjelaskan bahwa fitur RoboARMS atau auto risk management system, yang mengelola risiko investasi unit-linked secara otomatis, mampu menjaga rata-rata kinerja investasi para nasabah di atas IHSG. Dia bahkan menyatakan bahwa per Jumat (5/6/2020), sejumlah nasabah mencatatkan kinerja investasi hingga 22 persen di atas IHSG.
"Sebanyak 98 persen dari seluruh polis unit-linked nasabah yang telah mengaktifkan fitur RoboARMS sebelum 30 April 2020, kinerja investasinya berada di atas IHSG, dan di antaranya bahkan bisa mencapai hingga 22 persen di atas IHSG," ujar Edy pada Rabu (10/6/2020).
Menurutnya, pengelolaan risiko investasi secara otomatis mampu menjaga kinerja unit-linked saat pasar terkoreksi dan inline saat pasar rebound. Hal tersebut dinilai bermanfaat dalam situasi seperti saat ini, yakni saat pasar modal bergerak di tengah ketidakpastian.
Berdasarkan catatan Generali per Maret 2020, produk unit-linked mencakup sekitar 71 persen dari total polis Generali, sisanya merupakan produk asuransi tradisional dan kesehatan. Adapun, menurut Edy, produk unit-linked mencakup 50 persen dari premi yang diperoleh sepanjang kuartal I/2020.
Pada tahun ini, Generali menargetkan perolehan premi senilai Rp3 triliun atau meningkat sekitar 25 persen (year-on-year/yoy) dari perolehan premi 2019 senilai Rp2,4 triliun. Edy memperkirakan 62 persen perolehan premi tahun ini akan berasal dari kanal keagenan, disusul oleh kanal bancassurance dan asuransi kesehatan kelompok.