Bisnis.com, JAKARTA - Keputusan Federal Reserve menahan suku bunga Fed Fund Rate pada kisaran 0-0,25 persen pada pertemuan FOMC Juni 2020 menegaskan niat bank sentral AS untuk menopang perekonomian pasca Covid-19.
Kepala Ekonom PT Bank Mandiri Tbk. Andry Asmoro mengungkapkan dukungan Federal Reserve (Fed) ini akan ditunjukkan dengan menjaga FFR pada level rendah hingga 2022.
"Terlebih, Fed berkomitmen untuk menaikkan pembelian aset [quantitative easing] dalam beberapa bulan ke depan," ujar Andry dalam laporannya, Kamis (11/6/2020).
Menurut Andry, stance kebijakan The Fed yang dovish didukung oleh data ekonomi Indonesia - penurunan defisit transaksi berjalan, inflasi stabil, serta penurunan impor - akan membantu Bank Indonesia (BI) untuk tetap mempertahankan kebijakan moneternya yang akomodatif.
"Sementara kami masih mewaspadai pandangan BI yang mengungkapkan ruang untuk pemangkasan suku bunga masih terbuka," ujar Andry.
Kendati demikian, dia menuturkan Bank Mandiri tetap memperkirakan BI akan menjaga suku bunganya tidak berubah di level 4,50 persen pada 2020.
Baca Juga
Dia memaparkan ada dua alasan yang membuat ruang pemangkasan terbatas. Pertama, risiko potensial dalam neraca pembayaran pada 2020, terutama di sisi neraca finansial yang bisa memicu stabilitas rupiah.
"Kami berargumen apresiasi nilai tukar rupiah saat ini tidak berkelanjutan karena ini ditopang oleh hot money, bukan foreign direct investment [FDI]," tegasnya.
Kedua, pelebaran defisit fiskal hingga 6,34 persen terhadap PDB akan memicu peningkatan kebutuhan pembiayaan ke depannya.
"Kami melihat bahwa untuk memastikan likuiditas memadai untuk mendukung pemulihan ekonomi domestik, BI akan cenderung lebih menggunakan langkah-langkah quantitative easing," ungkap Andry.
BI dijadwalkan untuk melakukan Rapat Dewan Gubernur bulan Juni pada minggu depan (17-18 Juni 2020).