Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja fungsi intermediasi dari sektor infrastruktur diperkirakan masih dapat tumbuh positif meski terbatas karena masih berjalannya pembangunan proyek strategis nasional tahun ini.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, kredit sektor konstruksi per Maret 2020 tercatat Rp353,29 triliun, naik 9,1 persen secara tahunan dari Maret 2019 yang berjumlah Rp323,78 triliun. Adapun, rasio kredit bermasalah dari sektor ekonomi ini pun masih berada di level 3,8%, sedikit meningkat dari periode yang sama tahun lalu 3,6%.
Sebelumnya, Komite Percepatan Penyediaan Infrastruktur Prioritas (KPPIP) menargetkan ada 52 proyek strategis nasional yang selesai pengerjaannya pada tahun ini dengan nilai investasi Rp334 triliun.
Meskipun demikian, dalam pelaksanaannya KPPIP mengatakan masih ada kendala di lapangan sehingga ada 12 proyek strategis nasional yang target penyelesaiannya molor dari target.
Akan tetapi, pemerintah masih optimistis dengan progres pelaksanaan PSN. Dalam perkembangannya, pada Mei 2020, pemerintah merekomendasikan 89 proyek senilai Rp1.422 triliun menjadi proyek strategis nasional dari 245 usulan proyek yang masuk.
Ketua Bidang Pengkajian dan Pengembangan Perbanas Aviliani mengatakan pemerintah masih cukup optimistis untuk melanjutkan pembangunan infrastruktur yang akan membantu kinerja fungsi intermediasi sektor ini masih positif.
Baca Juga
"Namun perlu dicatat, pertumbuhannya juga tidak akan dapat terlalu tinggi. Pertumbuhan positif saja sudah cukup baik untuk sektor ini," katanya kepada Bisnis belum lama ini.
Dia menjelaskan di tengah tekanan pandemi virus corona, debitur termasuk perusahaan konstruksi pelat merah pun akan mencoba meminta keringanan restrukturisasi.
Hal ini tetntunya akan membuat pelaku industri perbankan juga menjadi selektif untuk penyaluran kredit baru. "Paling hanya melanjutkan kredit yang sudah ada komitmennya saja."
Di samping itu, perusahaan konstruksi swasta tahun ini sudah dipastikan tidak mengajukan kredit baru tahun ini. Terlebih untuk sektor konstruksi usaha mikro kecil menengah yang rasio kredit bermasalahnya tinggi.
Terpisah, Direktur Wholesale Banking PT Bank Permata Tbk. Darwin Wibowo pun mengkonfirmasi pertumbuhan yang terbatas dari sektor konstruksi tahun ini.
"Saya rasa pertumbuhan kredit infrastruktur tidak akan terlalu banyak ya. Banyak proyek sudah mendapatkan pembiayaan jadi tinggal tunggu realisasinya saja. Mungkin bisa tumbuh dari realisasi proyek yang sudah itu ada," katanya.
Secara umum, dia menyebutkan perseroan akan selektif dalam penyaluran kredit tahun ini lantaran ekonomi yang belum terlalu baik karena pandemi virus corona.
Adapun, kredit konstruksi emiten perbankanberkode saham BNLI ini tercatat sebesar Rp5,33 triliun pada kuartal pertama tahun ini, naik dari awal tahun yang Rp5,06 triliun.