Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Laba Makin Tertekan akibat Pandemi, Dampak Terbesar Dialami Bank Kecil

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penurunan laba akan terjadi pada semua bank pada kuartal II/2020.
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA - Bank kecil masih optimistis untuk bertahan pada kuartal II/2020 meskipun kinerjanya cukup terpuruk akibat pandemi Covid-19. Di satu sisi, konsolidasi menjadi opsi yang terbuka lebar bagi bank kecil untuk selamat dari tekanan ekonomi. 

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Otoritas Jasa Keuangan, pertumbuhan laba bank umum kegiatan usaha (BUKU) yang melambat pada kuartal I/2020 hanya terjadi pada bank kecil. Kinerja laba BUKU I dan II secara year on year (yoy) masing-masing sebesar minus 61,24% dan minus 12,06% sedangkan BUKU III dan IV masing-masing tumbuh 6,63% dan 7,61%. 

Salah satu bank kecil yang labanya tertekan pada kuartal I/2020 yakni PT Bank Mayora, yang membukukan laba Rp7,27 miliar, turun 45,95% (yoy).
Presiden Direktur PT Bank Mayora Irfanto Oeijb mengatakan perolehan laba pada kuartal I/2020 ini sebagian besar didukung oleh perolehan bunga kredit. Namun, pembentukan biaya pencadangan yang cukup besar mengakibatkan laba menurun secara tahunan.
Dia memprediksi tekanan ekonomi pada kuartal II/2020 masih akan berpengaruh pada profitabilitas bank dan baru akan sedikit berkurang pada kuartal III/2020.

Saat ini, perseroan sedang menyiapkan sejumlah langkah untuk mengurangi dampak tekanan tersebut dengan memanfaatkan semaksimal mungkin relaksasi yang diberikan oleh regulator, yakni dari restrukturisasi kredit hingga penurunan Giro Wajib Minimum (GWM). Relaksasi tersebut dinilai akan meminimalkan biaya-biaya dan memperbesar ruang bagi bank untuk meningkatkan pendapatan.

"Di samping itu juga kami mendorong efisiensi operasional di sisi internal selama masa pandemi serta promosi penggunaan digital banking oleh nasabah," katanya kepada Bisnis, Senin (22/6/2020).
Terpisah, CFO PT Bank Sahabat Sampoerna Henky Suryaputra mengatakan, perkembangan laba bersih kuartal I/ 2020 masih tergolong baik. PT Bank Sahabat Sampoerna membukukan laba bersih pada kuartal I/2020 senilai Rp9,8 miliar, atau turun 61% (yoy).
Sejak dimulainya implementasi PSAK 71 mulai awal 2020, perseroan melakukan peningkatan biaya pencadangan 116,7% dari sebelumnya 63,8% di akhir Maret 2019. Menurutnya, dengan rasio pencadangan kredit yang lebih baik, Bank Sampoerna akan lebih siap menghadapi tantangan lebih lanjut pada tahun ini.
Meskipun demikian, dia enggan berkomentar mengenai kemungkinan tekanan yang akan terjadi pada kuartal II/2020. Pasalnya, hingga saat ini, kinerja kuartal II/2020 belum rampung dikaji.
Penurunan Laba Pada Semua Bank

Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan penurunan laba akan terjadi pada semua bank pada kuartal II/2020. Hanya saja, efeknya akan berbeda-beda berdasarkan aset bank.

Misalnya, pada bank beraset di bawah Rp1 triliun atau kelompok BUKU I, penurunan laba lebih cenderung akibat turunnya pendapatan bunga secara signifikan. Sementara itu, pada bank BUKU II atau beraset Rp1 triliun - Rp5 triliun, penurunan laba cenderung disebabkan oleh adanya kenaikan pada pengeluaran non-bunga akibat selisih transaksi valas.

Artinya bank BUKU I sudah mengalami permasalahan permintaan kredit, bahkan sebelum adanya pandemi Covid-19. Josua pun memperkirakan pada kuartal II/2020, penurunan pendapatan bank BUKU I akan lebih dalam lagi. Kondisi ini berbeda dengan BUKU II, yang penurunannya cenderung diakibatkan oleh transaksi non-bunga.

"Dengan adanya pandemi ini, penurunan lebih jauh dari pendapatan semua bank tidak terelakkan, dan dengan penurunan yang sudah terjadi pada bulan Maret, maka dampak terbesar akan terjadi kepada bank BUKU I dan BUKU II," katanya.

Menurutnya, sebagai solusi jangka menengah, konsolidasi perbankan perlu terus didorong, terutama pada bank BUKU I. Pasalnya, pasar kredit yang terus tergerus akan membuat bank semakin kurang efisien.

"Dorongan ini menjadi salah satu prioritas utama demi menjaga kesehatan sektor perbankan secara keseluruhan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper