Bisnis.com, JAKARTA – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. mencatatkan jumlah laba bersih sebesar Rp4,46 triliun selama semester I/2020. Pembentukan laba ini ditopang oleh pendapatan bunga bersih (net interest income/NII) sebesar 1,0% year on year (yoy) serta pendapatan nonbunga sebesar 3,2% yoy.
Direktur BNI Adi Sulistyowati menuturkan sejalan dengan kondisi industri, BNI juga melewati paruh pertama 2020 yang dibayangi tantangan akibat pandemi Covid-19 serta perlambatan kinerja ekonomi Indonesia dan global, dengan capaian yang cukup baik dan melampaui perkiraan sebelumnya.
Hal ini lantaran perseroan menerapkan strategi pertumbuhan kredit yang selektif dan terukur yang disertai dengan penurunan beban bunga yang signifikan.
Kinerja emiten perbanakan berkode saham BBNI ini disebut masih cukup positif pada semester I/2020. Pada sisi pembentukan aset, totalnya tumbuh 4,4% (yoy) dari Rp843,21 triliun menjadi Rp880,12 triliun. Laju kenaikan aset tersebut masih relatif sama dibandingkan dengan tahun lalu yang tumbuh 4,6% (yoy). Susi menyebutkan pertumbuhan aset ini sejalan dengan strategi BNI yang selektif dalam berekspansi ditengah pandemi Covid–19.
Kenaikan aset BNI ditopang oleh dana pihak ketiga (DPK), yang tumbuh 11,3% (yoy) dari Rp 595,07 triliun menjadi Rp 662,38 triliun pada paruh pertama 2020, di atas rata-rata industri yang berkisar 7,9%.
“Upaya menghimpun DPK dilakukan dengan menjadikan dana murah (CASA) sebagai prioritas utama, yang kami maksudkan untuk memperbaiki cost of fund ke depan,” katanya dalam paparan kinerja BNI, Selasa (18/8/2020).
Baca Juga
Hingga semester I/2020, cost of fund BNI tercatat 2,9% membaik 30 basis point (bps) dibandingkan posisi yang sama tahun lalu sebesar 3,2%. Perbaikan ini mendorong penurunan beban bunga sebesar -5,6% (yoy), sehingga perseroan dapat menjaga NIM di level 4,5%.
“Di samping itu, kami juga melakukan langkah-langkah disiplin biaya dengan melakukan efisiensi pemakaian beban operasional, dimana pertumbuhannya dapat kami tekan hingga -0,3% yoy. Penghematan tersebut kami lakukan terutama dengan mengendalikan biaya-biaya variable yang disebabkan adanya penyesuaian operasional dan proses bisnis pada masa pandemi,” ungkapnya.
Lebih lanjut, Susi menyatakan perseroan mencatatkan pertumbuhan yang selektif dan terukur di sisi penyaluran kredit ketika perekonomian terkontraksi 5,23% yoy.
Total kredit perseroan tumbuh 5,0% (yoy), dari Rp549,23 triliun menjadi Rp576,78 triliun. Adapun total kredit baru sepanjang semester I/2020 sebesar Rp27,5 triliun.
“Pertumbuhan ini sejalan dengan program pemulihan ekonomi nasional di mana ekspansi kredit BNI didukung dengan kebijakan stimulus dari pemerintah, seperti Peraturan Menteri Keuangan (PMK) Nomor 70 tentang penempatan dana pemerintah di Bank Umum, serta PMK Nomor 71 dan 98 tentang Tata Cara Penjaminan Pemerintah kepada pelaku usaha dalam rangka pelaksanaan program pemulihan ekonomi nasional.