Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. angkat suara soal rencana merger bank syariah anak usaha bank BUMN. Bank pelat merah itu menyatakan merger itu juga dibarengi semangat untuk memiliki bank syariah beraset 20 besar dunia.
Wakil Direktur Utama Bank Mandiri Hery Gunadi menyampaikan dari sisi pemegang saham melihat bahwa penetrasi bank syariah di Indonesia masih sangat kecil yaitu 8,5%. Angka ini kalah jauh dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia sebesar 40%-50%, apalagi Timur Tengah di angka 80%-90%.
“Di Indonesia, bank syariah belum ada yang besar. Memang banyak [bank syariah], tetapi belum ada yang masuk peringkat 20 besar di dunia. Tujuan dari pemegang saham ini ingin membangun bank yang besar sehingga ingin membantu bank syariah bisa sejajar dengan bank konvensional untuk penetrasi di market,” katanya dalam paparan kuartal II/2020, Rabu (19/8/2020).
Di samping itu, tambah Hery, pemegang saham juga melihat potensi industri syarah masih sangat besar. Apalagi, di tengah pandemi Covid-19 yang memukul seluruh segmen usaha, bank syariah masih bisa bertahan dan memiliki kinerja baik.
“Merger ini untuk mengoptimalkan bank syariah yang ada di bawah koordinasi bank Himbara,” ujarnya.
Baca Juga
Terkait entitas bank mana yang akan dijadikan sebagai induk hasil merger, Hery mengatakan hal itu saat ini belum ditentukan.
Sebelumnya, CEO Grup Syailendra Asia sekaligus praktisi ekonomi syariah, Salina Nordin, mengatakan jika merger bank syariah BUMN dilakukan, Indonesia akan memiliki entitas bank syariah sebesar Dubai Islamic Bank di Uni Emirat Arab, yang mampu bersaing dengan bank konvensional dengan lini bisnis multi dimensi. Namun, dia mengingatkan bank syariah harus bersih dan transparan agar bisa bersaing.
“Merger bank syariah BUMN adalah langkah positif dalam memperkuat sinergi dan bisa memberikan pelayanan yang lebih bersih dan produk yang lebih menarik. Bank syariah harusnya lebih kuat, transparan dan bersih. Bank syariah di global seperti Dubai Islamic Bank, nasabahnya sangat besar dari kalangan non muslim. Ini menunjukkan bahwa bank itu bersih, transparan dan sangat kompetitif dalam bersaing dengan bank konvensional,” katanya dalam keterangan resmi, pada akhir Juli 2020.
Menurutnya, yang utama dari merger bank syariah BUMN adalah adanya penerapan prosedur baru yang menjamin perbaikan pelayanan pada nasabah serta azas keterbukaan dan transparansi dalam pengelolaan dana nasabah. Bank syariah memiliki potensi besar untuk menjadi bank terbesar di Indonesia, sehingga perlu dikelola dengan sangat baik dan memperhatikan kebutuhan nasabahnya.
“Yang penting merger antar-bank syariah BUMN bisa menerapkan proses dan prosedur yang terbaik untuk kualitas pelayanan pada nasabah, transparan, dan bersih. Karena merger ini akan membuat bank syariah BUMN menjadi bank terbesar dan sangat kompetitif,” sebutnya.