Bisnis.com, JAKARTA - PT Investree Radhika Jaya (Investree) bakal melanjutkan langkahnya menjadi mitra distribusi (midis) Surat Berharga Negara (SBN) besutan pemerintah, termasuk instrumen terbaru yang rencananya baru akan meluncur dalam waktu dekat, yakni Sukuk Ritel seri SR013.
Adrian Gunadi, Co-Founder & CEO Investree, menjelaskan setidaknya ada tiga tujuan utama kenapa pihaknya terus mempertahankan status sebagai midis SBN yang dipercaya oleh Kementerian Keuangan (Kemenkeu), untuk terus terlibat memasarkan berbagai instrumen investasi SBN dan Surat Berharga Negara (SBSN) secara online.
Menjadi midis SBN merupakan komitmen Investree untuk senantiasa mendukung pemerintah dalam merealisasikan proyek-proyek penting yang sangat berdampak bagi pembangunan negara dan pemberdayaan masyarakat.
"Misalnya ikut berkontribusi dalam pemulihan negara dari dampak Covid-19 saat memasarkan Obligasi Negara Ritel seri ORI017, peningkatan kualitas SDM Indonesia saat memasarkan Savings Bond Ritel seri SBR008, serta menjalankan proyek ramah lingkungan saat memasarkan Green Sukuk Tabungan seri ST006," jelas Adrian kepada Bisnis, Minggu (23/8/2020).
Kendati distribusi instrumen surat utang sebenarnya bukanlah core-business Investree yang notabene merupakan pelaku teknologi finansial peer-to-peer lending (Fintech P2P Lending), Adrian mengaku ini tetap langkah positif untuk Investree, bahkan untuk ekosistem platform Fintech Lending secara umum.
Hal ini karena menjadi Midis SBN menjadi salah satu upaya Investree dalam mendiversifikasikan produk bagi para pendana (lender) dengan menyediakan lebih banyak pilihan dan peluang mendiversifikasi portofolio bagi para user-nya.
Selain itu, dengan turut memasarkan instrumen investasi SBN/SBSN,Investree dapat berkontribusi dalam meningkatkan inklusi keuangan dengan berpartisipasi dalam kegiatan sosialisasi dan edukasi masyarakat. Serta mengajak mereka yang masih awam untuk mulai berani berinvestasi.
"Dalam kasus Investree sebagai pionir fintech lending di Indonesia, kami sudah merasakan dampak positif memasarkan SBN/SBSN di mana kami menjadi mampu menyediakan alternatif investasi yang aman, mudah, dan terjangkau sehingga, dapat memberikan nilai tambah bagi para lender. Sejalan dengan hal ini, kami percaya pemasaran SBN/SBSN melalui platform fintech lending dapat berdampak positif bagi perkembangan iklim bisnis fintech lending," ungkap Adrian.
Pasalnya, pemasaran SBN/SBSN memberikan peluang bagi platform layanan fintech lending untuk mendukung misi membangun negara serta mendukung inklusi keuangan, dapat berkontribusi bagi pemerataan investasi di seluruh daerah di Indonesia, sehingga pada akhirnya ekosistem P2P lending secara keseluruhan pun mampu lebih dipercaya oleh masyarakat.
"Sejalan dengan hal ini, kami juga berharap para investor SBN yang terdaftar di platform Investree dapat mulai melakukan pendanaan atas berbagai pinjaman [borrower] di Investree. Pada akhirnya, hal ini dapat berdampak positif bagi pertumbuhan usaha kecil dan menengah, UKM-UKM Indonesia, mendukung mereka menjadi semakin berdaya,"tambahnya.
Milenial Jadi Kunci
Adrian menekankan bahwa Investree memutuskan agarinstrumen investasi SBN/SBSN masuk menjadi salah satu produknya karena aman, dijamin oleh pemerintah Republik Indonesia, dan sangat cocok bagi masyarakat yang baru belajar berinvestasi terutama generasi milenial.
Tak ayal, investor SBN Investree didominasi oleh generasi milenial dengan rentang umur 24-39 tahun, bahkan pada pemasaran Obligasi Negara Ritel seri ORI017 lalu, 85 persen investor berasal dari generasi milenial.
Hal ini sejalan dengan misi Investree, yakni digitalisasi inklusi keuangan, terutama bagi generasi milenial. Adrian berharap antusiasme dari generasi muda dapat bertumbuh menjadi masyarakat berbudaya investasi yang mampu mendukung pembangunan dan kemandirian negara.
"Demi tercapainya misi tersebut, Investree akan terus mendampingi dan menyukseskan tujuan Kemenkeu dengan memasarkan berbagai instrumen SBN/SBSN yang akan datang. Termasuk mendukung Kemenkeu dalam memasarkan SBN/SBSN – yang terdekat adalah Sukuk Ritel seri SR013 yang masa penawarannya akan dibuka di akhir bulan Agustus ini," tutupnya.
Sekadar informasi, berdasarkan data Kementerian Keuangan, market share penjualan ORI017 memang masih dikuasai midis perbankan, tetapi dari sisi jumlah investor, porsi midis fintech menunjukkan pertumbuhan.
Apabila pada penerbitan ORI sebelumnya seri ORI016, porsi investor dari Midis fintech hanya 7,8 persen, sementara pada ORI017, porsinya meningkat menjadi 11,9 persen. Midis fintech pun menyumbang rata-rata volume pemesanan terkecil,yaitu Rp19,9 juta per pembelian ORI017.
Apabila pada penerbitan ORI sebelumnya seri ORI016, porsi investor dari Midis fintech hanya 7,8 persen, sementara pada ORI017, porsinya meningkat menjadi 11,9 persen. Midis fintech pun menyumbang rata-rata volume pemesanan terkecil,yaitu Rp19,9 juta per pembelian ORI017.
Sekadar informasi, pada penerbitan ORI017, tercatat hanya ada lima fintech yang menjadi Midis SBN. Sementara itu, baru ada dua Fintech P2P Lending yang ikut menjadi Midis SBN, yakni Investree dan PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku).
Tiga sisanya merupakan Fintech Agen Penjual Efek Reksa Dana (APERD), yakni PT. Bareksa Portal Investasi (Bareksa), PT. Star Mercato Capitale (Tanamduit), dan PT. Nusantara Sejahtera Investama (Invisee).