Bisnis.com, JAKARTA -- Bank perkreditan rakyat (BPR) mulai mengencangkan likuiditas di tengah rendahnya nilai simpanan nasabah saat pandemi dibandingkan dengan kondisi normal.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara industri BPR menghimpun deposito dan tabungan, masing-masing senilai Rp69,69 triliun dan Rp30,38 triliun per Juni 2020. Sementara itu, penyaluran kredit BPR hingga Juni 2020 mencapai Rp110,47 triliun.
Komisaris Utama BPR Lestari Bali Alex P. Candra mengatakan deposito perseroan menurun hingga 10 persen selama periode Maret hingga Juni 2020. Namun, pada Juli mulai terjadi peningkatan pertumbuhan deposito.
Menurutnya, deposito tidak bertumbuh karena nasabah cenderung menggunakan dana untuk kebutuhan modal kerja dan dana yang berpindah ke bank besar. Penggunaan deposito untuk modal kerja pun masih akan berlanjut sering dengan pemulihan aktivitas ekonomi.
Sementara itu, dana masyarakat yang berpindah ke bank besar terlihat dari realisasi penghimpunan likuiditas di bank umum kegiatan usaha (BUKU) 4.
Hanya saja, perpindahan dana ke bank besar dinilai sudah tidak terjadi terjadi lagi. Namun, situasi masih belum dapat diprediksi.
"Namun, sebagian kecil [dana deposito sudah balik kandang], seperti saya bilang Juli sudah membaik, kami plus walaupun tipis," sebutnya.
Menurutnya, masyarakat menakutkan terjadinya risiko bank gagal bayar sehingga memindahkan dana ke bank besar pun dilakukan. Namun, dia meyakini situasi akan segera membaik. BPR Lestari pun saat ini terus berfokus pada isu likuiditas dan menjaga kualitas kredit.
"Buat dua sampai tiga bulan ke depan fokusnya adalah menjadi likuditas, menjaga kualitas kredit. Harus nunggu sampai things get better," katanya.
Direktur Bisnis dan Pengembangan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Hasamitra I Made Semadi mengakui deposito tetap bertumbuh di tengah pandemi, tetapi nilainya tidak sebaik kondisi normal.
Hingga Agustus 2020, deposito perseoan masih tumbuh sekitar 1,3 persen ytd atau senilai Rp18 miliar menjadi Rp1,4 triliun. Menurutnya, di tengah pandemi, langkah untuk memperkuat likuiditas sangat penting.
Penghimpunan dana yang dilakukan BPR Hasamitra pun lebih disalurkan dengan melakukan penempatan dana pada bank-bank yang memiliki bunga tinggi.
"Kami tidak pernah tahu kondisi ke depan seperti apa olehnya itu kami fokus untuk memperkuat di likuiditas bank. Sementara di lain pihak kami juga memfokuskan kepada penagihan kredit serta relaksasi terhadap UMKM," katanya.
Ketua Umum Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) Joko Suyanto mengatakan di tengah pandemi, BPR harus memastikan likuiditas sehat. Pertumbuhan dana pun menjadi salah satu prioritas dalam menjaga likuiditas.
Menurutnya, hingga Juni 2020, secara industri BPR masih menunjukkan pertumbuhan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) yakni deposito dan tabungan masing-masing tumbuh 5,87 persen YoY dan 4,25 persen YoY. Pertumbuhan DPK tersebut juga didukung oleh kredit yang selama Juni 2020 berhasil tumbuh 5,59 persen YoY.
"Di samping [simpanan deposito di BPR] masih menguntungkan juga aman karena dijamin oleh LPS dan dikelola dengan sehat. Deposito dan tabungan akan terus tumbuh sampai akhir tahun," katanya.