Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

OJK: Bank Perlu Kencangkan Ikat Pinggang di Masa Pandemi

Di masa pendemi, OJK pun telah mengambil keputusan untuk memberikan kebijakan restrukturisasi sebagai langkah untuk menjaga NPL perbankan.
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam
Karyawan berada di dekat logo Otoritas Jasa Keuangan di Jakarta, Jumat (17/1/2020). Bisnis/Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA -- Industri perbankan perlu melakukan penghematan di tengah kebijakan restrukturisasi yang akan menggerus pendapatan bunga bersih bank.

Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Logistik Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Anto Prabowo mengatakan efisiensi biaya harus dilakukan oleh perbankan selama pandemi. Di satu sisi, bank juga harus mencari sumber pendapatan lain yakni dengan mengembangkan layanan digital untuk memperoleh pendapatan berbasis biaya dan komisi atau fee based income (FBI).

"Bank mengoptimalkan fee based income salah satu cara bank struggle, itu pun karena pendapatannya, laba ikut tergerus," katanya kepada Bisnis, Rabu (16/9/2020) malam.

Apalagi saat ini bank juga tetap bersikap konservatif dengan membentuk pencadangan sebagai antisipasi akan pemburukan kualitas kredit ke depannya. Pembentukan pencadangan tetap dilakukan bank meskipun OJK sudah memberikan relaksasi akan PSAK 71.

Hal tersebut yang pada akhirnya membuat rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) nett perbankan mampu menurun pada posisi Juli 2020 menjadi 1,12 persen dari posisi Juni 2020 yang sebesar 1,13 persen.

"NPL nett setelah dilakukan pencadangan maka kenaikan tidak tinggi, bank cukup konservatif meskipun OJK berikan kebijakan restrukturisasi tapi bank tetap bentuk pencadangan untuk debitur yang menurut bank tidak bisa disehatkan," katanya.

Meskipun demikian, diakuinya, NPL gross memang mengalami peningkatan dari 3,11 persen pada Juni 2020 menjadi 3,22 persen pada Juli 2020. Hanya saja, Anto menilai peningkatan NPL tersebut wajar di tengah pandemi karena hal tersebut tidak hanya dialmai Indonesia saja melainkan negara lain.

OJK pun telah mengambil keputusan untuk memberikan kebijakan restrukturisasi sebagai langkah untuk menjaga NPL perbankan. Saat ini OJK sedang mempertimbangkan perpanjangan restrukturisasi.

Keputusan untuk memperpanjang kebijakan restrukturisasi kredit akan ditentukan setelah industri perbankan melaporkan realisasi kebijakan tersebut hingga September 2020.

"Policy ini merupakan suatu cara untuk jaga permodalan, kalau NPL gross meningkat, jangan lupa NPL nett terjaga karena sudah dibentuk cadangan," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper