Bisnis.com, JAKARTA — PT Mandiri Tunas Finance atau MTF menyatakan masih terdapat koreksi kinerja pembiayaan alat berat dan kendaraan produktif. Perseroan pun menyiapkan empat strategi untuk kembali mendongkrak kinerjanya pada sisa tahun ini.
Direktur Sales dan Distribusi MTF Harjanto Tjitohardjojo menjelaskan bahwa sekitar 32 persen dari total portofolio pembiayaan perseroan, atau sekitar Rp14 triliun merupakan portofolio dari debitur yang mengajukan restrukturisasi kredit. Kondisi itu pun cukup memengaruhi kinerja pembiayaan MTF.
"Kondisi pembiayaan alat berat dan kendaraan produktif masih terkoreksi, hal ini disebabkan banyaknya customer-customer alat berat dan kendaraan produktif yang mengajukan restrukturisasi," ujar Harjanto kepada Bisnis, Minggu (27/9/2020).
Menghadapi kondisi tersebut, MTF pun menyiapkan empat strategi untuk bisa mempertahankan hingga meningkatkan pembiayaan produktif pada sisa tahun berjalan. Pertama yakni dengan mengoptimalkan dan menawarkan pembiayaan bagi debitur yang tidak mengajukan restrukturisasi.
Sebagian besar debitur MTF atau sekitar 68 persen memang tidak mengajurkan restrukturisasi kredit, tetapi debitur pembiayaan produktif justru banyak yang berada di kelompok penerima restrukturisasi. Oleh karena itu, menurut Harjanto optimalisasi debitur lainnya menjadi penting.
Kedua, MTF akan menggarap nasabah korporasi dari PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. selaku induk usahanya. Harjanto menjelaskan bahwa pihaknya akan memperkuat kolaborasi dengan grup Mandiri di seluruh wilayah agar pembiayaan dapat terus berkembang.
Baca Juga
"Ketiga, kami akan menawarkan pembiayaan bagi agen-agen Laku Pandai Mandiri cluster A dan B," ujarnya.
Keempat, MTF pun akan melakukan penetrasi kepada dealer-dealer kendaraan produktif untuk menggaet calon-calon debitur prospektif. Harjanto optimistis bahwa kondisi perekonomian yang mulai pulih akan diiringi potensi munculnya calon-calon debitur baru.
Berdasarkan laporan keuangan semester I/2020, MTF mencatatkan pendapatan Rp1,47 triliun atau turun 10,4 persen (year-on-year/yoy) dari capaian semester I/2019 senilai Rp1,64 triliun. Adapun, pada semester I/2020 total beban perseroan senilai Rp1,47 triliun naik 7,49 persen (yoy) dari semester I/2019 senilai Rp1,37 triliun.
Pada semester I/2020, perseroan membukukan kerugian Rp11,07 miliar atau berbalik rugi dari posisi semester I/2019 dengan laba Rp200,75 miliar. Total aset perseroan per semester I/2020 senilai Rp16,6 triliun pun tercatat menurun 9,27 persen (yoy) dari semester I/2019 senilai Rp18,3 triliun.
Harjanto menjelaskan bahwa pandemi virus Corona sangat memengaruhi kondisi perekonomian, termasuk kinerja industri pembiayaan. Meskipun begitu, MTF optimistis bahwa industri akan kembali pulih seiring aktivitas ekonomi yang perlahan berjalan.