Bisnis.com, JAKARTA - Perbankan nasional dinilai masih banyak yang enggan melakukan ekspansi ke luar negeri. Insentif berupa kemudahan akses modal untuk melakukan ekspansi pun dinilai belum mampu membantu perbankan dalam melebarkan sayap ke luar negeri.
Senior Faculty LPPI Moch Amin Nurdin mengatakan hanya bank milik negara seperti Mandiri dan BNI yang banyak membuka cabang luar negeri, mulai dari kawasan ASEAN, Asia, hingga Eropa. Namun, bank swasta banyak yang belum membuka cabang di luar negeri. Pertimbangan adanya peluang bisnis remitansi menjadi ukuran bagi bank untuk melakukan ekspansi.
Selain itu, insentif yang bisa diberikan pemerintah pun kemungkinan terbatas dalam mendorong ekspansi, meskipun bentuknya berupa kemudahan akses modal. Pemerintah perlu mendorong pengusaha dalam negeri untuk melakukan ekspor sehingga membuka peluang bagi bank yang membiayai perusahaan tersebut untuk membuka cabang di luar negeri.
"Pemerintah dorong pengusaha untuk ekspor dan kemudian bank yang membiayai perusahaan-perusahaan tersebut bisa buka cabang di negara tujuan ekspor itupun harus dengan nominal yang cukup signifikan," katanya kepada Bisnis, Senin (5/10/2020).
Menurutnya, ada beberapa alasan yang membuat perbankan nasional kesulitan melakukan ekspansi. Pertama, izin mendirikan cabang di luar negeri yang tidak mudah. Pasalnya, regulasi di beberapa negara justru menghambat rencana ekspansi, meskipun AFAS 6 telah diratifikasi.
Kedua, ekspansi ke luar negeri membutuhkan pertimbangan yang matang, selain kebutuhan adanya nasabah yakni tenaga kerja Indonesia, juga kerja sama bisnis antar negara untuk mempermudah bank menjangkau market negara tersebut.
Baca Juga
"Kemampuan SDM kita belum cukup mumpuni untuk dapat bersaing dengan bank bank di luar negeri," sebutnya.