Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah nasabah asuransi tercatat melakukan aksi langsung untuk menagih klaim yang belum kunjung terbayarkan. Meskipun terdapat risiko di tengah pandemi Covid-19, aksi tetap dilakukan karena dana itu sangat diperlukan.
Terbaru, pada Jumat (23/10/2020) sejumlah nasabah PT Asuransi Jiwa Adisarana Wanaartha (WanaArtha Life) mendatangi Istana Bogor untuk meminta perlindungan Presiden Joko Widodo atas nasib polis mereka. Seperti diketahui, pembayaran klaim WanaArtha terkena imbas dari kasus PT Asuransi Jiwasraya (Persero).
Humas Perkumpulan Pemegang Polis Wanaartha (P3W) Freddy Handojo Wibowo menjelaskan bahwa para nasabah rela mengambil risiko melakukan aksi langsung di jalanan untuk menunjukkan keseriusan dalam meminta pembayaran klaim. Sudah sembilan bulan para nasabah tidak bisa memperoleh haknya.
"Tapi para nasabah hanya berorasi di samping pintu Istana Bogor, karena protokoler istana tidak mengizinkan aksi di titik lain dan masuk [ke lingkungan istana]," ujar Freddy kepada Bisnis, Senin (26/10/2020).
Para nasabah yang menggunakan kaos merah dan putih itu pun melanjutkan orasinya beberapa waktu. Setelah itu, mereka bertolak ke Komisi Yudisial untuk meminta perlindungan agar pasca persidangan Jiwasraya, dana mereka di WanaArtha Life dapat dikembalikan.
"Intinya masih sama, kami memohon perlindungan agar pada saat keputusan sidang Jiwasraya barang buktinya bisa dilepas, dikembalikan kepada pemiliknya, WanaArtha," ujarnya.
Dia berharap bahwa berbagai upaya tersebut dapat menarik perhatian pemerintah dan regulator agar dapat memastikan dana para nasabah WanaArtha dapat kembali dengan utuh. Freddy meyakini bahwa dana para nasabah itu tidak memiliki sangkut paut dengan polemik Jiwasraya.
Selain nasabah WanaArtha Life, aksi unjuk rasa pun dilakukan oleh para pemegang polis Asuransi Jiwa Bersama atau AJB Bumiputera 1912 di berbagai kota. Satu-satunya asuransi mutual itu diperkirakan memiliki utang klaim Rp9,6 triliun pada penghujung 2020, yang menumpuk sejak dua tahun lalu.
Pada Rabu (21/10/2020), sekitar 60 pemegang polis Bumiputera melakukan aksi di depan Wisma Bumiputera, Jakarta yang merupakan kantor pusat perseroan. Mereka menuntut kejelasan pembayaran klaim serta mendesak manajemen untuk membayar terlebih dahulu klaim-klaim bernilai kecil.
Koordinator Nasabah Gagal Bayar Bumiputera di Jabodetabek dan Jawa Barat Fien Mangiri menjelaskan bahwa pihaknya telah mengumpulkan lebih dari 280 data polis yang berstatus habis kontrak (HK), penebusan, meninggal dunia, dan dana kelangsungan belajar (DKB), dengan nilai sekitar Rp9 miliar. Data itu diberikan kepada manajemen Bumiputera
Fien bersama empat orang pemegang polis lainnya, yang mengenakan baju biru bertuliskan "Korban Asuransi Bumiputera" berhasil menemui jajaran manajemen, yakni Direktur Utama Bumiputera Faizal Karim, Direktur SDM Dena Chaerudin, Sekretaris Perusahaan Hery Darmawansyah, dan Asisten Direktur Pemasaran Jaka Irwanta.
“Dengan rencana pencairan dana cadangan sekitar Rp100 miliar, klaim kelompok kami senilai Rp9 miliar tentu kecil sekali nilainya,” ujar Fien dalam pertemuan itu.
Sebelum aksi di Kantor Pusat Bumiputera itu, Bisnis memperoleh informasi bahwa para pemegang polis Bumiputera di daerah-daerah lain pun turut melakukan aksi serupa. Aksi terjadi di Medan, Surabaya, Lamongan, Probolinggo, Samarinda, dan sejumlah daerah lainnya.
Para pemegang polis itu rela mengambil risiko di tengah pandemi Covid-19 untuk menuntut pengembalian dana yang mereka bayarkan secara patuh. Tentu kita semua berharap terdapat solusi terbaik yang mengedepankan perlindungan pemegang polis.