Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut tingkat literasi keuangan digital nasional masih rendah, yakni baru mencapai 35,5 persen.
“Masih banyak masyarakat yang menggunakan layanan keuangan informal dan hanya 31,26 persen masyarakat yang pernah menggunakan layanan digital,” kata Jokowi saat membuka Indonesia Fintech Summit 2020, Rabu (11/11/2020).
Kendati demikian, Jokowi mengapresiasi kinerja industri teknologi finansial atau financial technology (fintech) di Tanah Air yang memberikan kontribusi positif bagi perekonomian.
Dia menyebut, kontribusi fintech pada penyaluran pinjaman nasional di tahun ini mencapai Rp128,7 triliun atau meningkat 113 persen secara year on year (yoy).
Selain itu, dia menyatakan pada September 2020 terdapat 89 penyelenggara fintech yang berkontribusi Rp9,87 triliun pada transaksi layanan jasa keuangan di Indonesia dan Rp15,5 triliun rupiah disalurkan penyelenggara fintech equity crowdfunding berizin.
“Hal ini merupakan perkembangan yang luar biasa," ujar Jokowi.
Dalam sambutannya, Jokowi juga meminta agar para inovator financial technology (fintech) tidak hanya bertindak sebagai penyalur pinjaman dan pembayaran daring saja, tetapi juga sebagai penggerak utama literasi keuangan digital bagi masyarakat.
Lebih lanjut, Kepala Negara juga ingin fintech menjalankan fungsi sebagai pendamping perencana keuangan, dan memperluas akses UMKM dalam pemasaran E-commerce.
“Para inovator fintech juga harus mengembangkan diri secara terus menerus untuk menjalankan fungsi agregator dan inovative credit scoring, memberikan layanan equity crowdfunding dan project financing,” imbuhnya.
Semua hal itu perlu dilakukan lantaran Indeks Inklusi Keuangan Indonesia masih tertinggal dibandingkan beberapa negara Asean.
Pada tahun 2019, kata Jokowi, Indeks Inklusi Keuangan Indonesia berada pada angka 76 persen atau lebih rendah dibandingkan beberapa negara lain di Asean seperti Singapura yang mencapai 98 persen, Malaysia 85 persen, Thailand 82 persen.