Bisnis.com, JAKARTA - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo mengatakan perkembangan nilai tukar rupiah mulai bergerak stabil, bahkan cenderung menguat.
Dia mengatakan, rupiah sempat tertekan hingga mencapai level Rp16.575 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 23 maret 2020 di tengah kepanikan global akibat wabah Covid-19.
"Sejak itu nilai tukar rupiah menguat signifikan 17,8 persen hingga 9 November 2020, sehingga secara year-to-date [ytd] nilai tukar rupiah melemah 1,2 persen," katanya dalam dalam rapat kerja bersama dengan DPR RI Komisi XI, Kamis (12/11/2020).
Penguatan yang terjadi ini, menurut Perry, tidak terlepas dari berbagai kebijakan stabilisasi nilai tukar yang terus dilakukan BI.
Penguatan rupiah juga dipengaruhi oleh stabilitas politik yang terjadi di AS setelah pemilu berlangsung pada November 2020.
BI memandang, nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat, didukung dengan inflasi yang rendah dan terkendali, defisit transaksi berjalan yang rendah, daya tarik aset keuangan domestik yang tinggi, dan premi risiko Indonesia yang menurun.
Baca Juga
"Kami lihat nilai tukar rupiah masih berpotensi menguat, kami lihat level sekarang secara fundamental masih undervalued," jelasnya.
Perry menambahkan, BI ke depan akan terus memperkuat kebijakan stabilitas nilai tukar rupiah sesuai dengan fundamentalnya dan bekerjanya mekanisme pasar, agar dapat mendukung pemulihan ekonomi Indonesia.