Bisnis.com, JAKARTA - Pelaku industri perbankan optimistis propek fungsi intermediasi tahun depan akan mulai membaik seiring dengan masih berlanjutnya berbagai insentif serta sekaligus perbaikan kinerja ekonomi dengan distribusi vaksin Covid-19.
Setidaknya ada tiga faktor positif yang menjadi pendorong optimisme kenaikan kredit tahun depan. Pertama, perpanjangan relaksasi restrukturisasi kredit oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dari semula berakhir pada Maret 2021 menjadi berlaku hingga Maret 2022.
Kedua, Bank Indonesia juga kembali melonggarkan kebijakan moneter dengan memangkas suku bunga acuan menjadi 3,75%. Terakhir, pemerintah pun mengklaim distribusi vaksin buat masyarakat akan dimulai pada kuartal kedua tahun depan yang akan membuat kinerja ekonomi lebih kuat.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Jumaidi mengaku kinerja perseroan sedikit mengalami perlambatan pada kuartal ketiga tahun ini. Namun perseroan optimistis kinerja fungsi intermediasi akan lebih baik. Adapun, pertumbuhan kredit Bank Mandiri masih di kisaran 5,8% pada Juni 2020, dan turun menjadi 3% pada September tahun ini
"Meski tidak akan naik signifkan lagi akhir tahun ini, tetapi kinerja kami akan tetap positif. Tahun depan pun akan lebih baik dengan pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan positif," katanya dalam webinar pada Jumat (20/11/2020).
Lagi pula, dia mengklaim loan to deposits ratio dan capital adequacy ratio emiten berkode BMRI pada kuartal ketiga tahun ini masih sangat kuat yakni masing-masing mencapai 83% dan 19,83%.
Baca Juga
"Prospek ekonomi tahun depan tetap akan tumbuh positif, dan Bank Mandiri siap untuk menjawab kebutuhan kreditnya," katanya.
Setali tiga uang, Direktur Keuangan BRI Haru Koesmahargyo juga menyampaikan penurunan suku bunga merupakan monetary easing policy yang dilakukan BI untuk mendukung pemulihan ekonomi di waktu yang akan datang.
Perseroan pun akan memanfaatkan insentif tersebut untuk meningkatkan daya saing suku bunga kreditnya tahun depan. "Kami masih optimis pertumbuhan kredit 2020 sebesar 4-5% dapat tercapai didukung oleh pertumbuhan segmen UMKM. Tahun depan juga masih akan kami jaga pertumbuhannya," sebutnya.
Haru juga menyebutkan perbankan saat ini hanya perlu menunggu permintaan kredit berkualitas lantaran beban pencadangan sudah disisihkan secara agresif. BRI, lanjutnya, akan fokus pada pemulihan kinerja segmen mikro kecil. Meski segmen ini paling terdampak, tetapi pemulihan kinerjanya justru terbukti paling cepat.
Perseroan mulai membangun beberapa fasilitas tambahan agar kinerja para debitur dapat bersaing dengan para pelaku usaha kelas menengah yang sudah melek teknologi. "Kami buat website pasar. Pasar tradisional ada sekitar 20.000, dan kami targetkan bisa menjangkaunya hingga 15.000. saat ini baru 3.000 pasar. Itu semua nasabah dan debitur kami yang kami hubungkan," sebutnya.
Terpisah, Presiden Direktur PT Bank Pan Indonesia Tbk. Herwidayatmo pun menuturkan ekspansi kinerja para debitur hanya dapat dilakukan pada tahun depan. Sementara itu, perseroan akan tetap konservatif akhir tahun ini guna menjaga kualitas kredit dan keuangan para debitur.
Dia pun mengatakan perseroan akan memanfaatkan berbagai insetif teemasuk penurunan suku bunga acuan BI untuk dapat membuat suku bunga kreditnya lebih kompetitif. "Bagaimana pun ini efektif tahun 2020 tinggal satu bulan kerja lagi. Penurunan suku bunga acuan baru bermanfaat tahun depan," tegasnya.