Bisnis.com, JAKARTA -- Pengamat perbankan berpendapat keengganan beberapa bank dalam berkolaborasi dengan teknologi finansial (fintech) membuat pemulihan bisnis transaksi menjadi lebih menantang.
Ketua LPK SPPUR Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia Moch Amin Nurdin mengatakan prospek bisnis transaksi akhir tahun ini masih akan terkendala dengan minimnya mobilitas masyarakat.
Namun, masih banyak juga bank yang belum mampu mendorong bisnis transaksi dengan implementasi digital. Banyak juga yang menanggap finansial teknologi sebagai kompetitor, yang pada akhirnya menghambat pertumbuhan riil bisnis transaksi dalam periode pemulihan ekonomi tahun ini.
"Kondisi bisnis transaksi memang sedang sulit, tetapi banyak juga banyak yang masih menganggap finansial teknologi ini sebagai kompetitor, takut keamanan juga," sebutnya, Jumat (4/12/2020).
Di samping itu, pembatasan kegiatan sosial juga membuat pesimistis banyak pelaku bisnis transaksi, baik perbankan perusahaan switching dan financial technology.
"Beban promosi yang sebelumnya dianggarkan secara agresif terpaksa ditahan guna membantu efisiensi. Mereka banyak juga yang takut merugi," sebutnya.
Dalam perkembangan lain, Mastercard Indonesia menjelaskan dalam masa new normal, masyarakat cenderung menggunakan pembayaran nirkontak yakni lewat digital daripada menggunakan uang tunai.
Pembayaran digital tersebut dapat menggunakan kartu maupun tanpa kartu untuk mengurangi transmisi penyebaran virus. Namun, pembayaran tanpa kartu tetap menjadi cara yang paling tepat.
Pertumbuhan pembayaran digital tersebut seiring dengan layanan e-commerce yang semakin kompetitif untuk menarik perhatian konsumer. Kendati demikian, pendapatan e-commerce dan marketplace juga diproyeksi bertumbuh lebih dari 15 persen pada beberapa tahun ke depan dengan menghasilkan volume pasar sebesar lebih dari US$50 miliar pada 2024.
Adapun, selama new normal telah terjadi peningkatan aktivitas berbelanja online di Indonesia sebesar 30 persen. Begitu juga dengan telah terjadi peningkatan layanan antar makanan dan belanja sebesar 28 persen.
Kondisi ini membuat transaksi digital perbankan juga naik 37 persen selama new normal. Adanya pandemi telah mendorong penggunanan transaksi digital lebih masif.