Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Indonesia Duduki Peringkat Dua Keuangan Syariah Global, Ini Alasannya

Secara umum, kinerja aset sektor islamic finance USD2,87 triliun sepanjang 2019 tercatat tumbuh dari USD2,51 triliun pada 2018. Aset islamic finance diproyeksi mencapai USD3,69 triliun pada 2024.
Ilustrasi lembaga keuangan syariah./Istimewa
Ilustrasi lembaga keuangan syariah./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia berhasil meningkatkan peringkatnya di ranah pengembangan keuangan syariah dari peringkat ke-4 pada 2019, menjadi peringkat kedua pada 2020.

Hal ini terungkap dalam laporan Islamic Finance Development Indicators (IFDI) 2020 dari Islamic Corporation for the Development of the Private Sector (ICD) dan Revinitiv dari 135 negara.

"Indonesia peringkat dua dengan indeks skor 74, di bawah Malaysia dengan skor 111. Peringkat kita yang naik, ternyata ditopang oleh indikator knowledge dan awareness," ungkap Dian Masyita, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjajaran, dalam diskusi virtual, Jumat (11/12/2020).

Dia menjelaskan kinerja aset sektor islamic finance USD2,87 triliun sepanjang 2019 tercatat tumbuh dari USD2,51 triliun pada 2018. Aset islamic finance diproyeksi mencapai USD3,69 triliun pada 2024.

Kenaikan ini ditopang sektor perbankan (69 persen), penerbitan sukuk (19 persen), lain-lain seperti firma investasi, microfinance, leasing, dan pinjaman murodaba (5 persen), islamic fund (5 persen), dan takaful atau asuransi (2 persen).

Dari sisi total aset islamic finance, Indonesia berada di peringkat ke-7 dengan USD99 miliar. Di bawah Iran, Arab Saudi, Malaysia, UAE, Qatar, dan Kuwait.

Dian mengungkapkan, kendati porsi asuransi atau takaful paling buncit dari lembaga keuangan lainnya, industri ini menyimpan potensi besar untuk tumbuh, ditopang awareness masyarakat terhadap risiko pandemi Covid-19.

Terlebih bagi asuransi Syariah yang konsepnya Ta'awun atau tolong menolong, yang bahkan ditemukan dalam hadist Rasulullah SAW. "Asuransi konvensional itu memindahkan risiko kepada perusahaan asuransi dengan membaysr premi, tapi asuransi syariah itu saling menanggung atau berbagi risiko antara sesama peserta lewat membayar kontribusi akad tabarru," jelasnya.

Dalam riset global ini pun, Indonesia termasuk top countries secara nilai aset, tepatnya peringkat ke-5 dengan USD3 miliar, di bawah Arab Saudi (USD17 miliar), Iran (USD14 miliar), Malaysia (USD10 miliar), dan hampir imbang dengan UAE (USD3 miliar).

Oleh sebab itu, dalam acara diskusi bersama PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia), Dian mengajak para perusahaan asuransi untuk terus meningkatkan literasi masyarakat, dan turut mendukung ekosistem halal Indonesia.

"Caranya, tentunya dengan terus menekankan layanan asuransi syariah yang world class. Meningkatkan tata kelola yang baik, sharia compliance, good-governance, memperkuat ekosistem dengan layanan-layanan syariah lain, serta pelayanan kepada masyarakat yang makin baik," tutupnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper