Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Fintech Syariah Incar Bisnis Penyaluran Pinjaman ke Industri Halal

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira menjelaskan langkah perusahaan fintech syariah ikut menopang pendanaan UMKM adalah dengan masuk ke halal value chain financing.
Ilustrasi lembaga keuangan syariah./Istimewa
Ilustrasi lembaga keuangan syariah./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Platform teknologi finansial (fintech) syariah punya potensi besar ikut menopang pendanaan usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di enam sektor utama industri halal global.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance Bhima Yudhistira menjelaskan langkah utamanya lewat masuk ke halal value chain financing.

"Masuk ke usaha-usaha yang sesuai dengan prinsip syariah, biayai mereka dengan skema fintech equity crowdfunding atau peer-to-peer lending. Jadi utamanya perusahaan yang punya sertifikasi halal, besar maupun kecil, yang terhubung atau menjadi rantai pasok ke perusahaan yang levelnya lebih tinggi," ujarnya, Rabu (16/12/2020).

Bhima menjelaskan, Indonesia merupakan salah satu pasar utama industri halal. Mengutip laporan State of the Global Islamic Economy Report 2020/2021, Indonesia mencatatkan peningkatan ranking dari posisi 5 di periode sebelumnya, ke posisi 4 dengan akumulasi skor 91,2, di belakang Malaysia (290,2), Arab Saudi (155,1), dan UAE (133).

Selain itu, Indonesia disoroti sebagai negara yang masih terus menjadi daya tarik investasi syariah, karena tercatat memiliki jumlah transaksi merger dan akuisisi (M&A), private equity (PE), dan venture capital (VC) tertinggi, yaitu 38 transaksi. Disusul Malaysia (31), UAE (20), Mesir (16), dan Kuwait (8).

Dengan perincian transaksi di Indonesia yang berada di sektor halal food (10), islamic finance (14), muslim-friendly travel (4), farmasi (2), kosmetik (2), media & entertainment (6). Transaksi investasi periode Juli 2019 hingga Juli 2020 (2019/20) Indonesia ini memang tercatat turun dari periode tahun sebelumnya di angka 41 transaksi.

Namun, di tengah pandemi Covid-19 di mana nilai investasi syariah di seluruh negara OIC turun 13 persen dari USD13,6 juta pada 2018/19 ke USD11,8 juta pada 2019/2020, Indonesia masih bisa dibilang juaranya karena jumlahnya masih menopang 25 persen dari total transaksi. 

Melengkapi pandangan dari sisi investor, Direktur Utama PT Mandiri Capital Indonesia Eddi Danusaputro menjelaskan bahwa fintech syariah Tanah Air jelas masih menarik investor global karena tercermin dari demografi Indonesia. Namun demikian, embel-embel 'syariah murni' bukanlah jaminan karena business model lebih penting khusunya terkait revenue dan profit.

"Jadi kalau kita jualan di dunia, memang harus jualan syariah karena ini ada dalam demografi kita. Tapi apakah mereka akan mencari yang spesifik? Belum tentu. Mulai saja dulu dari konvensional yang punya produk-produk syariah," jelasnya.

Adapun, Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS) bersama para asosiasi fintech, yakni Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI), Asosiasi Fintech Syariah Indonesia (AFSI), dan Asosiasi Layanan Urun Dana berbasis Fintech (ALUDI) menggelar kerja sama dalam ekosistem halal.

Perusahaan fintech berupaya ikut mendukung peningkatan literasi terkait keuangan syariah, akselerasi digital UMKM halal, mendukung masterplan ekonomi syariah, dan ikut mewujudkan pusat data ekonomi syariah.

Lutfi Adhiansyah, Ketua Klaster Fintech Pendanaan Syariah Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) mengungkap bahwa fintech syariah siap berperan dalam ekosistem keuangan syariah yang utuh dan saling mendukung.

"Kalau kita lihat dari desa, produk mereka seperti perkebunan, peternakan, perikanan, dengan pola project financing P2P lending maupun ECF. Nah, hasil produksi tadi bisa di-offtaker oleh BUMDes atau koperasi yang bisa sharing juga ke ECF. Setelah naik lagi ke manufaktur dan distributor, skema invoice bisa diterima lagi oleh P2P lending. Jadi cakupan fintech bisa sangat luas dan menyeluruh," ungkapnya.

Belum berhenti sampai di sana, P2P lending juga bisa menyalurkan pinjaman sampai value chain di tingkat toko, penjual online di e-commerce, dan segmen konsumtif buat para pengguna.

"Ini baru dari industri, belum bicara industri haji dan umroh, di mana talangan haji dan umrah ini memang punya potensi besar. Selain itu, social financing dengan kolaborasi bersama lembaga infaq dan wakaf. Inilah ekosistem bagaimana peran fintech di tiap model bisnis dan kesempatan yang berbeda," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper