Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) alias BSI dikabarkan akan kedatangan investor strategis dari Timur Tengah. Seiring dengan masuknya investor strategis baru, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) akan mendivestasi kepemilikan sahamnya di BSI.
Kabar terbaru, muncul ketertarikan investor strategis asal Abu Dhabi, Uni Emirat Arab, yakni Abu Dhabi Islamic Bank (ADIB).
Dilansir dari Reuters, sumber yang enggan disebutkan namanya menjelaskan bahwa BSI dan ADIB tengah berdiskusi atas pembelian saham minoritas dengan nilai sekitar US$1,1 miliar.
Akan tetapi, sumber tersebut menegaskan bahwa diskusi masih dalam tahap awal dan belum ada jaminan kesepakatan. Adapun, potensi porsi akuisisi mencapai 15%.
Masuknya investor strategis dari Timur Tengah itu seiring dengan rencana divestasi atau pelepasan kepemilikan saham BRI dan BNI di BSI.
Saat ini, BRI memiliki porsi kepemilikan saham di BSI sebesar 15,38%. Lalu, BNI memiliki 23,24% kepemilikan saham BRIS.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang juga menggenggam kepemilikan saham di BSI sebesar 51,47%, akan tetap menjadi pemegang saham pengendali.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar mengatakan sesuai dengan rencana dari Kementerian BUMN, BNI sebagai pemegang saham BSI saat ini turut mengkaji masuknya investor baru di BSI. "Namun, kita belum ada yang konkrit," katanya kepada Bisnis pada Jumat (19/4/2024).
Sebelumnya, Royke juga mengatakan bahwa BNI akan mendukung model bisnis BRIS setelah masuknya investor strategis baru itu. Meski begitu, menurutnya keputusan akhir dapat bergantung pada situasi atau kondisi BRIS.
Direktur Utama BRI Sunarso juga sempat mengatakan bahwa BRI akan selalu menghormati setiap arahan dari pemegang saham, yakni pemerintah dalam menjalankan setiap aksi korporasinya, termasuk dalam langkah divestasi saham BRIS.
"Kita hormati, ikuti arahan, termasuk dari kementerian [Kementerian BUMN], bentuk bank syariah yang besar. Tujuannya untuk meningkatkan laju percepatan market share syariah," kata Sunarso dalam acara Ngopi BUMN pada akhir tahun lalu (26/10/2023).
Menurutnya, BSI pun membutuhkan strategic partner yang membawa nilai tambah. "Tidak seperti sekarang, kan [pemegang saham] sama Himbara [himpunan bank milik negara] juga," tuturnya.
Kementerian BUMN juga telah memberikan informasi terkait upaya divestasi saham BSI oleh BNI dan BRI. Staf Khusus Menteri BUMN Arya Sinulingga mengatakan divestasi ditargetkan akan selesai sebelum pergantian presiden pada Oktober 2024.
Dalam langkah divestasi itu, BNI dan BRI akan keluar dari jajaran pemegang saham BSI. Nantinya, posisi yang ditinggalkan kedua bank itu bakal diisi oleh investor baru.
Dia mengatakan ada dua opsi yang saat ini sedang dipertimbangkan Kementerian BUMN dalam langkah divestasi itu.
“Bisa lewat strategic investor atau bisa juga ke publik,” ujar Arya Sinulingga saat ditemui awak media di Jakarta Pusat pada Februari lalu (21/2/024).
Menurutnya, langkah menggandeng investor ataupun menambah saham publik diyakini mampu meningkatkan kapitalisasi market BRIS. Kendati demikian, saat itu Arya tidak menyebutkan calon investor strategis yang memiliki ketertarikan untuk mengambil alih saham perseroan.