Bisnis.com, JAKARTA — PT Asuransi Bintang Tbk. memproyeksikan pertumbuhan premi sekitar 7 persen pada 2021 seiring masih adanya hambatan perekonomian. Namun, adanya peluang dari berbagai lini asuransi dan kanal digital membuat perseroan dapat tetap menorehkan kinerja positif.
Direktur Asuransi Bintang Reniwati Darmakusumah menjelaskan bahwa pihaknya telah melakukan simulasi terhadap kondisi bisnis tahun ini dan menghasilkan proyeksi positif atas kinerja tahun depan. Kondisi bisnis asuransi pada 2021 dinilai masih akan diliputi sejumlah tantangan.
"Pada 2021 kami memproyeksikan pertumbuhan 7 persen, polanya masih sama [dengan tahun ini] karena bisnis terdampak cukup signifikan [oleh pandemi Covid-19]," ujar Reni menjawab pertanyaan Bisnis dalam public expose Asuransi Bintang, Senin (21/12/2020).
Perusahaan dengan kode emiten ASBI itu memperoleh premi yang cukup besar dari perbankan dan industri pembiayaan (multifinance). Namun, perolehannya menurun pada tahun ini seiring melambatnya penjualan kendaraan dan berbagai penutupan asuransi dari dua sumber premi tersebut.
Reni menjabarkan bahwa pihaknya pun akan fokus memperkuat penjualan melalui kanal keagenan dan digital. Inisiatif digital itu menurutnya bukan melalui kerja sama dengan agregator, tetapi penjualan secara langsung oleh perseroan.
"Sejak Maret hingga November 2020 ini kami mendapatkan hampir Rp500 juta untuk penjualan melalui kanal digital, ini pembelajaran untuk kami. Kami menargetkan Rp2 miliar pada 2021 untuk penjualan melalui kanal digital," ujar Reni.
Selain itu, ASBI pun akan fokus mengembangan lini bisnis asuransi properti dan marine hull pada tahun depan untuk meningkatkan kinerja. Seperti diketahui, asuransi properti merupakan lini bisnis utama dari industri asuransi umum sehingga banyak dioptimalkan oleh perusahaan-perusahaan penerbit polis kerugian.
Pada periode Januari–Oktober 2020, ASBI membukukan premi bruto Rp366,99 miliar. Jumlah tersebut tumbuh Rp25,9 miliar atau 7,59 persen (year-on-year/yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp341,09 miliar.
Pada periode Januari–Oktober 2020, perseroan membukukan klaim netto Rp57,03 miliar atau turun 28,23 persen (yoy) dari Januari–Oktober 2019 senilai Rp79,46 miliar. Hal tersebut membuat rasio klaim tahun berjalan menjadi 16 persen, turun dari periode yang sama pada 2019 sebesar 28,23 persen.
Adapun, pada Januari–Oktober 2020, perseroan membukukan laba sebelum pajak Rp0,03 miliar. Jumlahnya merosot hingga Rp6,36 miliar atau 99,6 persen (yoy) dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu senilai Rp6,39 miliar.