Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dari GoPay Hingga LinkAja, 5 Apps Ini Berebut Pangsa Pasar Dompet Digital

Dari sisi pangsa pasar para pemain, setidaknya ada lima dari sebelas platform yang tampak mendominasi dan bersaing satu sama lain, yaitu GoPay, DANA, OVO, ShopeePay, dan LinkAja.
Pengemudi Ojek Online membeli pesanan makanan yang diorder dari aplikasi di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P
Pengemudi Ojek Online membeli pesanan makanan yang diorder dari aplikasi di Jakarta. Bisnis/Arief Hermawan P

Bisnis.com, JAKARTA - Survei DSResearch bertajuk Fintech Report 2020 'Maintaining Growth during Pancemic' mengungkap survei terkait platform teknologi finansial (fintech) dompet digital (e-wallet) di Indonesia. Sebanyak lima platform mendominasi.

Dalam survei ini, e-wallet masih menjadi jenis fintech paling populer dikenal masyarakat. Adapun, dari pangsa pasar sebelas pemain dompet digital yang diteliti, setidaknya ada lima platform tampak mendominasi.

Riset yang digelar bersama CIMB Niaga, Ayoconnect, dan Investree ini melibatkan 1.434 responden, terbagi dalam sangat paham dan mengetahui soal fintech (8,6 persen), tahu dan paham (18,5 persen), dan cukup tahu (20,6 persen), dan 52,3 persen belum memiliki awareness terhadap fintech.

Dari para responden yang paham terhadap fintech dengan kisaran jumlah 700 orang, awareness terhadap produk digital wallet paling tinggi daripada jenis fintech lain, mencapai 82,2 persen.

Top 5 Platform

Dari sisi pangsa pasar para pemain, setidaknya ada lima dari sebelas platform yang tampak mendominasi dan bersaing satu sama lain, yaitu GoPay, DANA, OVO, ShopeePay, dan LinkAja.

Jawara total awareness dari para responden diduduki GoPay dengan 97,2 persen. Dua platform lain menempel ketat di belakangnya, yaitu DANA (96,3 persen) dan OVO (95,6 persen).

Sisanya, berturut-turut LinkAja (83,5 persen), ShopeePay (64,6 persen), Jenius (48,8 persen), Paytren (40,6 persen), iSaku (39,9 persen), DOKU (37 persen), Sakuku (32,6 persen), dan Uangku (23,1 persen).

Used platform tertinggi juga diraih GoPay dengan persentase hingga 87 persen dari responden, disusul OVO (80,4 persen), DANA (75,6 persen), ShopeePay (53,2 persen), dan LinkAja (47,5 persen).

Namun demikian, dari sisi top of mind atau keterkenalan suatu platform langsung dari para responden, DANA jadi yang paling sering disebut (36,8 persen), disusul OVO (30,8 persen), barulah GoPay (20,6 persen). Lainnya hanya memiliki persentase di bawah 10 persen.

Apabila menilik sisi frekuensi penggunaan, ternyata ShopeePay justru merajai pangsa penggunaan harian (25,1 persen) dan 4-6 kali sebulan (38,1 persen).

Secara berurutan, peringkat kedua di penggunaan harian justru diraih DANA, baru GoPay, dan OVO. Sementara pangsa 4-6 kali sebulan GoPay lebih tinggi tipis dari DANA dan OVO.

Survei juga menunjukkan, GoPay dan OVO lebih kuat di pangsa 2-3 kali sebulan. Sementara LinkAja, platform 'pelat merah' yang biasa digunakan untuk pembayaran jalan tol dan transportasi milik BUMN, merajai pangsa 1 kali sebulan.

Dengan kata lain, kuantitas transaksi dari kegiatan yang identik dengan 'belanja', justru lebih kuat dibandingkan dengan ekosistem daily needs besutan aplikasi Gojek ; transaksi OVO yang kerap secara eksklusif merangkul transaksi aplikasi fintech lain ; atau DANA yang biasa mengincar transaksi di tempat makan atau cafe.

Adapun dari segi gender, GoPay menjadi yang paling seimbang digunakan baik pria dan wanita dengan kisaran masing-masing 87,7 dan 87,6 persen.

Terakhir, dari segi penggunaan, prioritas para responden secara berurutan, justru mengarah bahwa dompet digital harus berhubungan dengan kebutuhan.

Disusul platform dompet digital harus mampu menghemat waktu transaksi, terpercaya, mudah digunakan, fungsional, bisa menjadi transaksi alternatif, detail, kompetitif. Baru terakhir, memilih yang populer, atau digunakan karena rekomendasi orang lain.

Sementara dari sisi sumber awareness dan promosi terefektif versi responden, diraih sosial media (85,8 persen), TV (59,5 persen), artikel atau media online di internet (46,8 persen).

Sisanya ada promosi dari mulut ke mulut (20,9 persen), billboard (17 persen), media cetak, tabloid, atau majalah (12,2 persen), dan aplikasi pesan instan (11,2 persen), serta media lain di bawah 10 persen, seperti radio, promosi di pameran atau acara tertentu, dan pamflet.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper