Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Penjelasan Bos Bank Banten soal Dana Segar dari Sinarmas dan Bangkok Bank

Gubernur Banten Wahidin Halim sebelumnya telah menyampaikan bahwa Bank Banten mendapatkan dana segar dari Sinarmas Group dan Bangkok Bank.
Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. Fahmi Bagus Mahesa (tengah), saat menerima kunjungan Bisnis Indonesia di Serang, Banten, Kamis (22/3/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk. Fahmi Bagus Mahesa (tengah), saat menerima kunjungan Bisnis Indonesia di Serang, Banten, Kamis (22/3/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA - Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Provinsi Banten Tbk. Fahmi Bagus Mahesa memberikan penjelasan terkait dana segar yang didapatkan dari dua korporasi besar, Sinarmas Group dan Bangkok Bank.

Saat dihubungi Bisnis, Fahmi menjelaskan bahwa dana tersebut berupa penempatan dana dari kedua perusahaan untuk mendukung likuiditas perseroan.

Fahmi menyampaikan saat ini bank dengan kode saham BEKS tersebut mendapatkan dukungan likuiditas dari beberapa institusi perbankan.

Sebagaimana perbankan pada umumnya, dukungan penempatan dana dalam bentuk interbank call money atau instrumen keuangan lainnya oleh institusi perbankan merupakan salah satu komponen dalam bauran pendanaan bank.

"Demikian pula bagi Bank Banten, hal tersebut tentu akan membantu ketahanan likuiditas Bank," ujarnya Kamis (31/12/2020).

Dia menambahkan dengan adanya komitmen penuh dari Gubernur Banten, khususnya dengan partisipasi Pemprov Banten dalam PUT VI, tentunya hal tersebut berdampak signifikan terhadap ketahanan institusi perseroan serta direspon positif oleh segenap nasabah dan mitra kerja.

Gubernur Banten Wahidin Halim sebelumnya telah menyampaikan bahwa Bank Banten mendapatkan dana segar dari Sinarmas Group dan Bangkok Bank. Dia mengatakan saat ini operasional perusahaan sudah mulai normal.

Pasalnya, Bank Banten mendapatkan intervensi dana segar dari korporasi besar. "Intervensi dana segar dari Sinarmas Rp300 miliar, kemudian Bangkok Bank masih proses, tetapi sudah tanda tangan [kerja sama]," ujarnya dilansir Antara, Rabu (30/12/2020).

Wahidin menyebutkan emiten dengan kode saham BEKS tersebut memang dihadapkan pada sejumlah tantangan, mulai dari likuiditas, permodalan, tata kelola, dan kredit macet yang berasal dari Bank Pundi.

Nilai kredit macetnya pun besar, yaitu senilai Rp1,6 triliun dan sulit tertagih. "Bank Pundi memberikan kredit asal jadi, tidak rasional. Ini menjadi risiko manajemen yang baru. Kami sudah ambil langkah, rasio likuiditas sudah baik dan perbaikan lainnya," katanya.

Untuk permodalan, kata dia, Bank Banten juga sedang melaksanakan rights issue yang dibuka hingga 6 Januari 2021. Nilai saham yang ditawarkan adalah Rp50 per lembar, di bursa nilai sahamnya naik hingga Rp120 per lembar.

"Kecenderungan pembelian saham meningkat. Sudah mulai banyak yang beli," kata dia.

Menurut Wahidin, untuk pembenahan tata kelola dirinya selaku pemegang saham pengendali terakhir akan menggelar rapat umum pemegang saham (RUPS) pada Januari 2021. Pihaknya akan membahas program-program lanjutan ke depannya.

"Ketika bank sehat bisa restrukturisasi SDM, manajemen, jajaran direksi dan komisaris," kata Wahidin.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper