Bisnis.com, JAKARTA - Legal merger tiga bank syariah BUMN, yakni PT Bank BRIsyariah Tbk., PT Bank BNI Syariah, dan PT Bank Mandiri Syariah, dipastikan sesuai dengan rencana yang dijadwalkan yakni 1 Februari 2021 atau pekan depan.
Wakil Menteri BUMN Kartika Wirtjoatmodjo mengatakan Kementerian BUMN memiliki 12 klaster yang menjadi fokus di antaranya sektor perbankan, asuransi, energi, kesehatan, infrastruktur, logistik, pariwisata dan pendukungnya. Di antara klaster tersebut, Kementerian BUMN sedang mendorong untuk legal merger tiga bank syariah BUMN segera diluncurkan.
"Yang sedang kita dorong untuk segera dilaunch tanggal 1 Februari adalah legal merger dari 3 bank syariah BUMN. Yaitu BRIsyariah, Mandiri Syariah, dan BNI Syariah. Yang Insya Allah tanggal 1 Februari akan dilaunch menjadi satu entitas baru yaitu Bank Syariah Indonesia," katanya, Rabu (27/1/2021).
Diketahui, PT Bank Syariah Indonesia Tbk. akan menjadi nama baru PT Bank BRIsyariah Tbk., sebagai bank penerima hasil penggabungan.
Tiko sapannya, menambahkan bank hasil merger tersebut akan menjadi bank syariah terbesar nasional dan diharapkan masuk dalam rangking ke-7 terbesar di antara perbankan nasional. Dalam lima tahun mendatang, Bank Syariah Indonesia diharapkan menjadi salah satu pemain top ten global dari sisi kapitalisasi pasar.
Sebagai informasi, Sebagai informasi, bank hasil penggabungan nantinya akan memiliki aset mencapai Rp214,6 triliun dengan modal inti lebih dari Rp20,4 triliun.
Baca Juga
Selain memiliki aset dan modal inti besar, Bank Hasil Penggabungan juga akan didukung dengan keberadaan lebih dari 1.200 cabang, 1.700 jaringan ATM, serta didukung 20.000 lebih karyawan di seluruh Indonesia.
Bank Hasil Penggabungan akan mampu memberikan layanan finansial berbasis syariah, layanan sosial bahkan spiritual bagi lebih banyak nasabah.
Di segmen ritel, Bank Hasil Penggabungan akan memiliki ragam solusi keuangan dalam ekosistem Islami seperti terkait keperluan ibadah haji dan umrah, zakat, infak, sedekah, wakaf (ZISWAF), produk layanan berbasis emas, pendidikan, kesehatan, remitansi internasional, dan layanan dan solusi keuangan lainnya yang berlandaskan prinsip syariah yang didukung oleh kualitas digital banking dan layanan kelas dunia.
Di segmen korporasi dan wholesale, Bank Hasil Penggabungan akan memiliki kemampuan untuk masuk ke dalam sektor-sektor industri yang belum terpenetrasi maksimal oleh perbankan Syariah. Selain itu, Bank Hasil Penggabungan juga diyakini akan dapat turut membiayai proyek-proyek infrastruktur yang berskala besar dan sejalan dengan rencana Pemerintah dalam pembangunan infrastruktur di Indonesia.
Di samping itu, Bank Hasil Penggabungan akan menyasar investor global lewat produk-produk Syariah yang kompetitif dan inovatif. Di segmen UKM dan Mikro, Bank Hasil Penggabungan akan terus memberikan dukungan kepada para pelaku UMKM melalui produk dan layanan keuangan Syariah yang sesuai dengan kebutuhan UMKM baik secara langsung maupun melalui sinergi dengan bank-bank Himbara dan Pemerintah Indonesia.
Bank Hasil Penggabungan akan tetap berstatus sebagai perusahaan terbuka dan tercatat di Bursa Efek Indonesia dengan kode efek BRIS. Komposisi pemegang saham pada Bank Hasil Penggabungan adalah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) 51,2%, PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BNI) 25,0%, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) 17,4%, DPLK BRI - Saham Syariah 2% dan publik 4,4%.