Bisnis.com, JAKARTA -- Direktur Utama PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Sunarso menyebut penurunan suku bunga tidak terlalu elastis terhadap peningkatan fungsi intermediasi.
Dalam seminar yang dilaksanakan secara daring, Sunarso mengatakan tren pertumbuhan kredit nasional justru menunjukkan dapat tumbuh signifikan meski suku bunga kredit berada di atas dua digit.
Dia menyebutkan suku bunga kredit usaha rakyat (KUR) pernah sampai 22 persen dan pertumbuhan kredit bisa menyentuh dua digit. Kemudian, setelah 2015, suku bunga KUR menjadi 15 persen dan disubsidi, tetapi kredit justru tumbuh single digit.
"Kredit hanya naik sekali pada 2018. Low interest rate tidak serta merta mendorong kredit. Paling elastis terhadap peningkatan kredit adalah daya beli dan konsumsi masyarakat," paparnya, Kamis (4/3/2021).
Sunarso juga menyampaikan perbankan saat ini memang sedang mencoba utuk terus mencari potensi pertumbuhan kredit. Kendati demikian, dia menyampaikan pertumbuhan kredit tetap harus berkualitas.
Pemerintah pun berupaya untuk terus meningkatkan belanja infrastrukturnya. Belanja ini cukup besar sehingga menimbulkan multiplier effect yang besar pula termasuk ke daya beli dan konsumsi masyarakat.
"Untuk perbaikan daya beli dan konsumsi, bisa juga digunakan transfer tunai ke masyarakat, tetapi fiskal tidak punya kekuatan banyak. Lagi pula ini tidak mendidik," sebutnya.