Bisnis.com, JAKARTA - PT Asuransi Allianz Life Indonesia optimistis mampu menjaga kinerja produk asuransi unit-link miliknya, menilik banyaknya sentimen positif terkait pemulihan pasar saham dan obligasi pada periode 2021.
Head of Fixed Income Fitri Lindawati Lubis mengungkap bahwa produk Unit-Link berbasis equity akan terdongkrak pemulihan ekonomi, sementara obligasi terbilang masih prospektif.
"Obligasi akan terdorong real-yield Indonesia yang masih terbilang dibanding negara emerging market lain. Selain itu, ada ekspektasi defisit APBN 2021 yang lebih rendah dibandingkan periode 2020 lalu," ujarnya, Selasa (9/3/2021).
Di samping itu, apabila menilik kepemilikan obligasi Indonesia per 26 Februari 2021, dana asing yang keluar mencapai Rp88 triliun, porsi kepemilikan perbankan pun sudah setara investor asing.
"Ini akibat likuiditas perbankan yang ketika pandemi, tepatnya pada akhir tahun 2020, melimpah. Jadi banyak perbankan membelik obligasi," tambahnya.
Oleh sebab itu, apabila masyarakat tertarik membeli Unit-Link berbasis obligasi, dua hal perlu menjadi perhatian, yaitu US treasury yield dan postur APBD 2021 yang akan berpengaruh terhadap dinamika dan volatilitas pasar obligasi.
Adapun, untuk Unit-Link berbasis saham, terdapat empat sentimen utama. Antara lain, normalisasi data indikator ekonomi Indonesia, optimistisme investor, dan potensi bangkitnya saham-saham siklikal.
Selain itu, ada potensi IPO perusahaan teknologi dan masuknya dana asing kepada rantai pasok kendaraan listrik.
Oleh sebab itu, pada produk Unit-Link equity, Allianz Life telah mulai bergerak meningkatkan saham non-defensif, salah satunya kepada perusahaan yang terkait proyek electric vehicle.
Head of Investment Communication & Fund Development Meta Lakhsmi Permata Dewi menjelaskan bahwa Allianz Life hingga kini telah memiliki 26 produk Unit-Link.
Komposisinya dimulai yang paling konservatif secara berurutan, yaitu money market (1), fixed income (5), balanced (2), risk on/risk off (1), balanced plus (2), equity (3), equity international (8), dan equity sektoral (4).
Dari sisi top 3 products, dana kelolaan produk SmartLink Rupiah Equity Fund naik 0,88 persen menjadi Rp10,26 triliun, SmartLink Rupiah Balanced Fund yang minus 3,59 persen menjadi Rp2,08 triliun, sementara SmartLink Rupiah Fixed Income Fund Rp1,82 triliun.
Dari 26 produk, hanya 9 produk yang mencatatkan kinerja negatif, itu pun tak semuanya kalah dari tolok ukur yang juga negatif.
Sementara produk dengan kinerja positif terbaik dengan mata uang Rupiah diraih SmartLink Rupiah Fixed Income Fund Rupiah (12,15 persen) dan AlliSya Rupiah Fixed Income Fund Rupiah (11,84 persen).
Sementara produk dengan kinerja paling positif berdasar mata uang USD, yakni SmartWealth Dollar Equity All China Fund USD (48,89 persen) dan SmartWealth Dollar Asia Pacific Fund
USD (36,86 persen).
Terakhir, Allianz Life mengungkap bahwa ada lima pendorong utama yang menjadi peluang sekaligus tantangan mempertahankan kinerja positif produk Unit-Link pada 2021, di antaranya tren suku bunga rendah, perkembangan vaksin, UU Cipta Kerja, Kebijakan Ekonomi AS, dan Anggaran PEN 2021.