Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Central Asia Tbk. akan membagikan dividen tunai kepada pemegang saham senilai total Rp13,02 triliun atau Rp530 per saham.
Dividen tunai tersebut sudah termasuk dividen interim sebesar Rp98 per saham yang telah dibagikan pada 22 Desember 2020.
Adapun, nilai total dividen yang dibagikan sejumlah Rp13,02 triliun setara dengan 48 persen dari laba bersih tahun buku 2020. Sepanjang tahun lalu, laba bersih yang dibukukan perseroan sebesar Rp27,1 triliun, atau turun 5,14 persen secara tahunan.
Rasio pembayaran dividen BCA terus meningkat dalam lima tahun terakhir. Rasio pembayaran dividen untuk tahun buku 2020 sama dengan tahun buku 2019.
Rasio pembayaran dividen untuk tahun buku 2019 sebesar 47,9 persen. Angka tersebut lebih tinggi dari rasio pembayaran dividen untuk tahun buku 2018 sebesar 32,4 persen.
Untuk kinerja tahun sebelumnya, rasio pembayaran dividen ditetapkan sebesar 27 persen untuk tahun buku 2017 dan untuk tahun buku 2016, rasio pembayaran dividen ditetapkan 23,9 persen.
Dikutip dari laporan tahunan 2020 BCA, manajemen menyampaikan total ekuitas perseroan pada 2020 meningkat 6,1 persen atau setara Rp10,6 triliun menjadi Rp184,7 triliun. Pertumbuhan saldo laba turut mendukung kenaikan ekuitas.
Peningkatan ekuitas ini semakin memperkokoh posisi permodalan BCA dengan rasio kecukupan modal atau kewajiban penyediaan modal minimum (capital adequacy ratio/CAR) tidak konsolidasi tercatat sebesar 25,8 persen memperhitungkan risiko kredit, risiko pasar, dan risiko operasional. Posisi ini lebih tinggi 200 bps dibandingkan dengan 2019.
Baca Juga : Bos BCA Sebut 4 Kunci Bisnis di Kondisi Pandemi |
---|
Untuk mendukung aktivitas penyaluran kredit dan mengembangkan lini bisnis para perusahaan anak serta melaksanakan berbagai investasi program kerja, BCA senantiasa memperhatikan kecukupan permodalan dan berusaha menyeleraskan kebutuhan permodalan dengan besarnya dividen yang diberikan.
"Dalam tiga tahun terakhir, dividend payout ratio berada di kisaran 23-48 persen dari laba bersih. BCA selalu mengkaji dividend payout ratio yang tepat setiap tahun guna menjaga tingkat saldo laba serta mengelola posisi permodalan yang solid," tulis manajemen dalam laporan.
Head of Research PT Samuel Sekuritas Indonesia Suria Dharma mengatakan Bank BCA memiliki permodalan sangat solid. Bank BCA juga memiliki dana murah atau CASA sangat kuat, sehingga mampu mencatatkan biaya dana atau cost of fund paling rendah.
"BBCA sangat sehat dan likuiditasnya bagus. Penurunan laba bersih pada tahun lalupun hanya sedikit," katanya, Senin (29/3/2021).
Diketahui, current account and savings account (CASA) tercatat tumbuh 21,0 persen yoy mencapai Rp643,9 triliun. Sementara itu, deposito berjangka meningkat sebesar 14,0 persen yoy menjadi Rp196,9 triliun. Secara total, dana pihak ketiga naik 19,3 persen yoy menjadi Rp840,8 triliun pada tahun lalu.
Melalui siaran pers pada awal Februari kemarin, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan pertumbuhan dana pihak ketiga tidak lepas dari tingginya tingkat kepercayaan nasabah serta kuatnya fondasi bisnis perbankan transaksi BCA, yang mana telah memperkokoh kontribusi CASA sebagai dana inti bank. "CASA berkontribusi sebesar 76,6 persen dari total dana pihak ketiga," terangnya.
Adapun, dari sisi kinerja saham, pembagian dividen BCA dinilai tidak signifikan memengaruhi harga sahamnya. Sebab, harga saham BBCA sudah di atas pre Covid-19.
Harga yang sudah di atas pre Covid menyebabkan dividend yield tidak begitu menarik. Dengan harga saham BBCA yang ditutup di harga Rp31.800 pada perdagangan (29/3/2021), maka dividend yield-nya sebesar 1,67 persen.
"Harganya sudah di atas pre Covid, tapi target harga saya masih jauh di atas. Mestinya bisa Rp40.500," imbuhnya