Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Modalku Beberkan Alasan UMKM Butuh Pinjaman Fintech P2P

pinjaman P2P dari sisi pengelolaan arus kas UMKM. Sebanyak 82,6 persen responden pun mengungkap pendanaan dapat mendukung UMKM dalam mengelola aliran kas untuk kebutuhan operasional usaha dan menambah stok barang.
Co Founder Modalku Reynold Wijaya dan Iwan Kurniawan/Istimewa
Co Founder Modalku Reynold Wijaya dan Iwan Kurniawan/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Riset PT Mitrausaha Indonesia Grup (Modalku) bersama konsultan dan lembaga riset DSInnovate mengatakan ada beberapa alasan kenapa UMKM lebih membutuhkan pinjaman dari platform teknologi finansial peer-to-peer (fintech P2P) lending

Iwan Kurniawan, Co-Founder & COO Modalku menjelaskan beberapa fakta menarik dari hasil riset melalui survei online dan diskusi melalui telepon terhadap 350 pelaku UMKM peminjam (borrower) aktif Modalku tersebut. 

"Antara lain, pelaku bisnis UMKM dapat mengatur arus kas lebih lancar, meningkatkan produksi bisnis, dan menjaga kelancaran operasional harian bisnis melalui pendanaan dari Modalku," ujarnya, Selasa (30/3/2021). 

Oleh sebab itu, platform P2P yang telah beroperasi selama 5 tahun dan telah merambah Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Thailand ini percaya industri P2P memiliki peran penting dalam mendukung pelaku UMKM yang belum tersentuh akses pendanaan lembaga keuangan konvensional.

Penelitian ini dilakukan terhadap UMKM yang bergerak pada berbagai sektor, seperti perdagangan ritel (29 persen), sektor tekstil, perlengkapan, dan produk kulit (17 persen), dan produk makanan, minuman, dan tembakau (17 persen). 

"Dilihat dari periode waktu pendirian usaha, 83 persen dari usaha responden sudah berusia hingga 7 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sektor UMKM memiliki potensi berkelanjutan untuk jangka waktu yang panjang," tambahnya. 

Temuan menarik dalam penelitian ini adalah 82 persen responden belum memiliki formalitas seperti bentuk PT/CV dalam menjalankan usahanya. Tak ayal, hanya 27 persen pelaku UMKM yang pernah mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan konvensional. 

"Inilah yang seringkali menjadi hambatan para responden ketika mengajukan pinjaman ke lembaga keuangan konvensional. Hampir 50 persen usaha mikro memandang bahwa perizinan usaha menjadi penghambat, sementara lebih dari 50 persen usaha mikro memandang laporan keuangan masih membatasi," jelasnya. 

Terungkap sejumlah pertimbangan para responden dalam mengajukan pinjaman ke Modalku, antara lain syarat pengajuan pinjaman tanpa agunan (41,7 persen), kecepatan pencairan dana pinjaman (28,86 persen), kesesuaian dengan kebutuhan (16,86 persen), platform yang mudah dan nyaman (15,72 persen). 

Adapun, untuk alokasi dana hasil pinjaman, sebesar 50,29 persen mengaku menggunakan pinjaman dari Modalku untuk membeli bahan baku atau perlengkapan untuk tempat usahanya. "Mereka berpendapat bahwa membeli bahan baku dalam jumlah besar merupakan hal yang penting untuk dilakukan dalam menunjang produksinya," ungkapnya. 

Kemudian, sebanyak 19,14 persen responden UMKM mengatakan pinjaman P2P bermanfaat untuk biaya operasional usaha, 12,86 persen untuk membeli perlengkapan atau material, serta 12,86 persen untuk sewa tempat usaha baru. 

Dia menjelaskan bahwa pinjaman P2P jugaa membantu UMKM dari sisi pengelolaan arus kas. Sebanyak 82,6 persen responden mengatakan pendanaan dapat mendukung UMKM mengelola aliran kas untuk kebutuhan operasional usaha dan menambah stok barang. "Selain itu, dari sisi pengembangan usaha, pendanaan dapat meningkatkan alur produksi UMKM serta keuntungan usahanya," tuturnya. 

Lebih dari 78 persen pelaku UMKM setuju bahwa tidak mendapatkan pinjaman dari Modalku cukup berdampak pada kesuksesan usaha mereka, seperti pendapatan lebih rendah, terhambatnya performa bisnis, ketidakstabilan arus kas, dan kesulitan dalam operasional.

Turut hadir, VP Head of Marketing Communications Modalku Ariani Hadioetomo yang menekankan bahwa dampak positif yang dirasakan oleh para UMKM ingin terus Modalku lanjutkan melalui kampanye terbaru bertajuk #BangkitBersinar. 

"Tahun 2020 merupakan tahun yang penuh tantangan. Banyak dari pelaku UMKM yang terkena dampak pandemi dengan menurunnya omzet, hingga bisnis yang terpaksa gulung tikar. Namun, pelaku UMKM tidak sendiri. Kami percaya bahwa kita bisa beradaptasi dengan kolaborasi sehingga terbuka solusi-solusi baru bagi para UMKM," ujarnya. 

Kebanyakan responden mengaku mendapatkan banyak informasi untuk mendapat pinjaman P2P lending dari media sosial (56,01 persen), disusul artikel media online maupun cetak yang terpercaya (25,71 persen), sisanya rekomendasi mulut ke mulut dan iklan broadcast atau pesan instan. 

Melalui kampanye ini, Modalku ingin mengajak para UMKM untuk bangkit dari keterpurukan dan bersinar bersama Modalku lewat penyediaan layanan P2P lending, di mana borrower potensial bisa mendapatkan pinjaman modal usaha tanpa jaminan hingga Rp2 miliar. Pendanaan untuk para borrower ini didanai oleh pendana (lender) individu atau institusi (super lender) yang mencari alternatif investasi melalui pasar digital. 

Sampai saat ini, Grup Modalku di berbagai negara cakupannya telah berhasil mencapai penyaluran pinjaman usaha sebesar Rp22,4 triliun dengan lebih dari 4 juta transaksi pinjaman UMKM.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Aziz Rahardyan
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper