Bisnis.com, JAKARTA - PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) memperkirakan penerbitan obligasi dari sektor perbankan relatif lebih baik pada tahun ini. Hal ini salah satunya dipengaruhi oleh banyaknya obligasi jatuh tempo dari industri perbankan.
Analis Divisi Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo Danan Dito mengatakan likuiditas perbankan saat ini memang berlimpah, sedangkan dari sisi ekspansi kredit masih ada kontraksi. Meski likuiditas melimpah, tetapi mayoritas dana perbankan bersifat jangka pendek.
Dia mengatakan dana pihak ketiga (DPK) perbankan jenis deposito didominasi tenor 3 bulan dan 6 bulan. Sementara penerbitan obligasi memiliki jangka waktu yang lebih panjang atau 3-5 tahun.
Dari situ, Pefindo memperkirakan adanya perbaikan untuk penerbitan obligasi pada tahun ini. Pada kuartal I/2021, penerbitan surat utang oleh sektor industri perbankan sebesar Rp576,73 miliar berupa sekuritisasi yang berasal dari kelompok BUMN.
Adapun penerbitan surat utang Pefindo pada kuartal I/2021, yang berasal dari sektor perbankan sebesar Rp576,73 miliar. Selanjutnya mandat yang diterima per 15 April 2021 dan belum listing dari sektor perbankan senilai Rp2,4 triliun yang berasal dari tiga perusahaan.
"Di satu sisi [penerbitan obligasi] memang digunakan untuk ekspansi, tetapi juga merupakan reprofiling untuk menurunkan mismatch tenor antara kredit dengan pendanaan, karena memang di sini funding-nya relatif lebih pendek," katanya dalam konferensi pers, Senin (19/4/2021).
Di samping itu, Pefindo melihat adanya perbaikan kondisi ekonomi makro didukung dengan konsumsi dan kepercayaan masyarakat yang lebih kuat. Dengan kondisi tersebut, perbankan diharapkan akan meningkatkan porsi kreditnya.
"Dari sisi perbankan sendiri, sebenarnya sudah sangat ingin untuk ekspansi kredit, cuma memang masih sangat berhati-hati. Begitu ada peluang, tentu akan bisa membantu pertumbuhan kredit dan sejalan dengan itu penerbitan obligasi dari sektor perbankan itu sendiri," imbuhnya.
Analis Pefindo Fikri C. Permana menambahkan penerbitan obligasi secara umum diprediksi relatif lebih baik pada tahun ini. Hal ini salah satunya dipengaruhi dari jumlah surat utang jatuh tempo tahun ini.
Pefindo mencatat prediksi nilai jatuh tempo pada 2021 senilai total Rp125,4 triliun. Dari jumlah itu sebanyak 20,1 persen berasal dari industri perbankan.
Sektor perbankan memimpin nilai jatuh tempo obligasi pada tahun ini, diikuti industri multifinance sebesar 17,5 persen, dan lembaga keuangan khusus 16,3 persen. Sisanya berasal dari industri pertambangan, properti, telekomunikasi, konstruksi, dan lainnya.
"Kami lihat bahwa persentase surat utang jatuh tempo dari perbankan adalah yang tebesar pada tahun ini. Maka kami harap perbankan juga akan melakukan penerbitan surat utang yang lebih banyak tahun ini atau refinancing dari surat utang mereka yang jatuh tempo," imbuhnya.