Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Drakor Move to Heaven dan Kisah Asuransi di Balik Mati Sendirian

Fenomena yang dikisahkan dalam drakor itu bernama godoksa, istilah di Korea Selatan bagi orang yang meninggal dalam kondisi sendirian.
Foto Multiple Exposure karyawan saat beraktivitas di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Foto Multiple Exposure karyawan saat beraktivitas di Kantor Asosiasi Asuransi Umum Indonesia (AAUI), Jakarta, Selasa (11/02/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA — Fenomena meninggal sendirian menjadi perbincangan hangat karena dikisahkan dalam serial Move to Heaven. Di balik fenomena itu, terdapat asuransi yang berkaitan dengan kematian sendirian.

Move to Heaven, serial drama asal Korea Selatan pertama kali tayang pada Jumat (14/5/2021). Serial Netflix original yang dibintangi oleh Ji Jin Hee, Tang Jun Sang, dan Lee Je Hoon itu mendapatkan respons hangat dari masyarakat luas, khususnya pencinta drakor.

Drama tersebut mengisahkan ayah dan anak yang menjalankan jasa pembersihan ruangan dan barang-barang dari orang-orang yang meninggal sendirian di tempatnya. Barang-barang itu, termasuk surat wasiat dari mendiang yang wafat, kemudian diserahkan kepada keluarga atau orang terdekatnya.

Usaha jasa pembersihan itu bernama Move to Heaven, yang dijadikan judul serial tersebut. Sang ayah diceritakan wafat, sang anak yang berkebutuhan khusus pun diurus oleh pamannya, kemudian mereka bersama sahabat sang anak melanjutkan usaha Move to Heaven.

Fenomena yang dikisahkan dalam drakor itu bernama godoksa, istilah di Korea Selatan bagi orang yang meninggal dalam kondisi sendirian. Dilansir dari The Korea Herald, fenomena itu ditemukan di berbagai lapisan usia penduduk, baik 20-an, 30-an, dan yang terbanyak di rentang usia 40–59 tahun.

Kementerian Kesehatan Korea Selatan mencatat bahwa pada 2014 terdapat 1.379 kasus godoksa, lalu melonjak hingga 77,4 persen pada 2018 menjadi 2.447 kasus. Adapun, pada 2019, sekitar 6 juta penduduk Negeri Ginseng tercatat tinggal sendirian.

Terdapat sejumlah faktor yang memengaruhi kenaikan kasus godoksa, mulai dari terus meningkatnya jumlah hunian untuk satu orang, hingga berbagai masalah seperti turunnya kualitas kesehatan, kenaikan tingkat pengangguran, sulitnya masuk ke universitas, dan pensiun muda. Sebagian besar kasus godoksa adalah bunuh diri.

Fenomena yang sama pun terjadi di negeri tetangganya, Jepang, yang dikenal dengan istilah kodokushi. NLI Research Institute di Tokyo memperkirakan bahwa terdapat 30.000 kasus kematian sendirian setiap tahunnya di Jepang.

Selain menjadi masalah sosial, kasus godoksa dan kodokushi pun membawa pengaruh tersendiri bagi bisnis jasa. Layanan pembersihan ruangan dan barang, seperti dalam drakor Move to Heaven terus berkembang tetapi bisnis properti menghadapi kendala tertentu.

Dilansir dari The Independent, pemilik kerap kesulitan menawarkan propertinya setelah menjadi kosong karena kasus godoksa. Kondisi itu pun membuat perusahaan-perusahaan asuransi menerbitkan polis khusus bagi properti yang menjadi lokasi terjadinya kematian sendiri.

"Polis tersebut mencakup biaya pembersihan apartemen dan mengompensasi risiko kehilangan sewa. Beberapa perusahaan asuransi bahkan akan membayar 'ritual pembersihan' di apartemen setelah pekerjaan selesai," dilansir dari The Independent oleh Bisnis pada Senin (24/5/2021).

Di Kawasaki, bagian selatan Tokyo, Jepang, salah seorang pemilik properti menemukan tidak adanya pembayaran sewa dalam beberapa bulan dari sebuah unit. Setelah pihak manajemen properti melakukan pemeriksaan, ternyata terjadi kasus kodokushi di unit tersebut.

Pemilik properti pun harus menanggung biaya sekitar US$2.250 karena tidak memiliki asuransi setelah terjadi kodokushi di apartemen tipe studio miliknya. Biaya itu dikeluarkan agar propertinya dapat disewa kembali.

Polis asuransi serupa pun turut dipasarkan di Korea Selatan, seiring terus meningkatnya kasus godoksa. Fenomena itu terus menjadi perbincangan dan diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap isu kesehatan mental.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : The Independent
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper