Bisnis.com, JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan transformasi digital membuat sejumlah bank mulai mengurangi pembukaan kantor cabang sejak 2015. Apalagi kondisi pandemi Covid-19 semakin mendorong peningkatan layanan digital perbankan terlihat dari volume dan nominal delivery channel yang meningkat.
Deputi Direktur Basel dan Perbankan Internasional OJK Tony mengatakan perbankan sudah mulai beralih ke penggunaan digital banking untuk memberikan layanan kepada nasabahnya. Hal itu bisa dilihat dari transaksi yang dilakukan melalui mobile apps masing-masing bank meningkat dalam beberapa tahun terakhir.
Misalnya BCA mencatat transaksi mobile dan internet banking naik 50,7 persen yoy pada Desember 2020. Sementara transaksi di kantor cabang dan ATM menurun masing-masing 14,7 persen dan 13 persen yoy pada periode yang sama.
Sementara BRI mencatat transaksi internet banking melonjak 132,2 persen yoy pada Desember 2020. Demikian pula, transaksi aplikasi BRImo melesat 660,5 persen yoy. Adapun Bank Mandiri mencatat transaksi Mandiri Online naik 50 persen yoy pada Desember 2020.
"Akibat dari transaksi melalui mobile berdampak ke masyarakat semakin jarang ke kantor cabang bank. Akibatnya pendirian kantor cabang bank menjadi tidak efisien dan mereka mulai menutup sejumlah kantor dan beralih ke layanan melalui elektronik atau digital banking," terangnya dalam webinar, Kamis (10/6/2021).
Dalam paparannya, OJK mencatat jumlah kantor cabang pada 2015 sebesar 32.963 kantor. Namun, jumlah tersebut terus menurun menjadi 29.889 kantor cabang per Maret 2021. Dengan demikian, jumlah kantor cabang bank telah berkurang sebesar 3.074 kantor dalam enam tahun terakhir.
Tony menambahkan fenomena tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia tetapi terjadi hampir di seluruh negara di dunia. Di berbagai belahan dunia mulai muncul konsep digital bank, neo bank, dan challenger bank.
Pada intinya, kata dia, ini adalah bank-bank yang memanfaatkan digital teknologi untuk memberikan layanan kepada masyarakat.