Bisnis.com, JAKARTA - Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Wimboh Santoso mengingatkan urgensi penerapan keuangan berkelanjutan.
Menurutnya, pandemi Covid-19 yang terjadi di seluruh belahan dunia telah memicu krisis ekonomi yang sifatnya extraordinary dan sekaligus menjadi momentum bagi semua untuk mengevaluasi pentingnya penerapan aspek lingkungan, sosial, dan tata Kelola (ESG).
"Ketiga aspek tersebut hendaknya dapat menjadi pengingat bagi seluruh perusahaan termasuk sektor jasa keuangan untuk memperhatikan keseimbangan alam, mengubah pola hidup, proses produksi dan pola konsumsi yang ramah lingkungan, dan menerapkan agenda sustainability untuk menjamin keberlanjutan bagi generasi mendatang," ujar Wimboh dalam acara webinar Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) pada Selasa (15/6/2021).
Wimboh mengatakan untuk dapat mencapai komitmen dan implementasi keuangan berkelanjutan diperlukan perubahan pola pikir bahwa faktor risiko lingkungan hidup dan sosial merupakan peluang sekaligus tantangan bagi sektor jasa keuangan untuk dapat menciptakan pembiayaan inovatif dan sekaligus melakukan transisi dari business as usual ke pendekatan sustainability business.
"Dalam hal ini, peran OJK menjadi sangat penting dan strategis untuk mempercepat implementasi keuangan berkelanjutan, sejalan dengan usaha menjaga kestabilan ekonomi dan keuangan dari dampak pandemi Covid-19," katanya.
Wimboh melanjutkan kolaborasi yang bersifat domestik dan global perlu terus dibangun sesuai dengan arah ke depan yang telah dibentuk oleh komunitas global antara lain World Bank, IMF, dan OECD.
OJK sendiri telah menerbitkan berbagai regulasi untuk mendukung implementasi keuangan berkelanjutan, termasuk di antaranya POJK No.51/POJK.03/2017 mengenai penerapan keuangan berkelanjutan untuk Lembaga Jasa Keuangan (LJK), emiten dan perusahaan publik, serta POJK No.60/POJK.04/2017 dan KDK No.24/KDK.01/2018 mengenai penerbitan green bond.
Dia pun menerangkan para stakeholder telah merespons kebijakan-kebijakan OJK dalam bidang keuangan berkelanjutan yang mana adanya implementasi pembiayaan berkelanjutan di 8 bank beserta project first movers, yang dilanjutkan dengan bergabungnya 5 bank lain, penyaluran portfolio hijau pada perbankan sekitar Rp809,75 triliun.
Penerbitan green bonds PT Sarana Multi Infrastruktur sebesar Rp500 miliar, peningkatan nilai indeks SRI-Kehati sehingga saat ini telah memiliki dana kelolaan sebesar Rp 2,5 triliun, dan terakhir penerbitan ESG leaders index oleh Bursa Efek Indonesia untuk mewadahi permintaan yang tinggi atas reksadana dan ETF bertema ESG.
"Selain itu, OJK juga telah mengeluarkan insentif untuk mendukung kendaraan bermotor listrik berbasis baterai [KBL BB] melalui pengecualian BMPK dalam proyek produksi KBL BB, serta keringanan penghitungan ATMR dan penilaian kualitas kredit dalam pembelian KBL BB oleh konsumen," tutur Wimboh.
Ke depannya, OJK telah mengidentifikasi beberapa program dan menjadikan keuangan berkelanjutan sebagai salah satu inisiatif strategis.
"Penyusunan taksonomi sektor hijau, yang dapat dijadikan panduan untuk mengembangkan inovasi produk dan/atau jasa keuangan berkelanjutan, pengembangan insentif dan disinsentif keuangan berkelanjutan, peningkatan capacity building bagi internal maupun eksternal [LJK], dan Pengembangan strategi komunikasi keuangan berkelanjutan," tutup Wimboh